Anomali Harga Pangan Turun saat Lebaran, Inflasi Mei Hanya 0,07%
Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada Mei 2020 hanya mencapai 0,07% secara bulanan atau 2,9% secara tahunan meski terdapat momentum Lebaran. Inflasi ini jauh berada di bawah inflasi saat periode Lebaran tahun lalu yang jatuh pada Juni sebesar 0,55%.
"Inflasi Mei 2020 kecil sekali, sangat jauh di bawah Idul Fitri yang jatuh pada Juni sebesar 0,55%. Kita semua menyadari situasi tidak biasa karena Covid-19, sehingga pola inflasi sangat tidak biasa," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers pengumuman inflasi, Selasa (2/6).
Dari 90 kota indeks harga konsumen, menurut Suhariyanto, sebanyak 67 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi tanjung pandan sebesar 1,2% akibat kenaikan harga daging ayam ras, ikan, dan bawang merah. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Luwuk.
"Ada penurunan permintaan karena PSBB menyebabkan pendapatan masyarakat turun," terang dia.
(Baca: Penjualan Smartphone Global di Kuartal I 2020 Anjlok 20% Imbas Corona )
Suhariyanto menjelaskan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,32%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transportasi sebesar 0,87% dan kesehatan 0,27%.
"Kami melihat selama Mei ini banyak sekali komoditas yang menurun harganya sehingga deflasi," jelas dia.
Ia menjabarkan, cabai merah menyumbang deflasi sebesar 0,07%, telur ayam ras 0,06%, bawang putih 0,05%, cabai rawit 0,03%, serta bawang bombai dan gula pasir masing-masing 0,01%.
"Namun ada juga yang memberikan sumbangan inflasi. Bawang merah andilnya 0,06%, daging ayam ras 0,03%, serta daging sapi dan rokok kretek filter masing masing 0,01%," kata dia.
Pakaian dan alas kali yang biasanya menjadi salah satu penyumbang utama kenaikan inflasi pada momentum Ramadan dan jelang Lebaran, pada tahun ini hanya menyumbang inflasi 0,09%. Perumahan dan bahan bakar rumah tangga juga hanya mengalmi inflasi 0,04% dengan andil 0,01%.
"Inflasi transportasi paling tinggi dengan sumbangan paling besar 0,1%. Tarif angkutan udara masih meningkat. Meski pemerintah sudah himbau tak mudik, masih ada penumpang yang melakukan perjalanan," terang dia.
(Baca: Permintaan Lesu, BI: Inflasi Ramadan Tahun Ini Sangat Rendah)
Sementara berdasarkan komponennya, inflasi pada Mei disumbang oleh harga yang diatur pemerintah sebesar 0,67% dengan andil 0,12%. Ini terutama karena kenaikan tarif angkutan udara 0,08%, kereta 0,02%, dan rokok kretek 0,01%.
"Komponen harga yang bergejolak deflasi 0,5% dengan andil 0,9% karena banyak harga bahan makanan yang turun," jelas dia.
Bulan puasa atau Ramadan pada tahun lalu jatuh pada bulan Mei. Bahan makanan mencatat inflasi tertinggi pada periode tersebut, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.