Pertemuan OPEC+ Hari ini Batal, Harga Minyak Dunia Turun Tipis
Harga minyak dunia turun tipis pada perdagangan Kamis (4/6) pagi waktu Indonesia, setelah pada sesi sebelumnya naik meski masih di bawah level tertinggi. Keraguan tentang waktu dan skala potensi perpanjangan pemangkasan produksi oleh OPEC dan sekutunya atau OPEC+ menjadi sentimen penekannya.
Mengutip Bloomberg pada 07.40 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 turun 0,78% menjadi US$ 39,48 per barel. Sedangkan, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2020 turun 1,39% ke level US$ 36,77 per barel.
Menurut sumber Reuters, Arab Saudi dan Rusia memiliki kesepakatan untuk memperpanjang penurunan produksi minyak satu bulan lagi. Meski begitu, pertemuan untuk membicarkan perpanjangan masa pemangkasan produksi diperkirakan tidak akan digelar hari ini, seperti yang dilaporkan sebelumnya.
"Sepekan ini harga menguat di tengah laporan bahwa pertemuan itu akan dilaksanakan lebih awal," kata Analis minyak di Petromatrix Olivier Jakob, seperti dikutip Reuters Kamis (4/6).
(Baca: Jelang Pertemuan OPEC+, Harga Minyak Dunia Naik Lebih 3%)
Kedua harga minyak acuan tersebut telah naik signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Harga minyak jenis Brent naik lebih dari dua kali lipat setelah mencapai level terendahnya selama 21 tahun terakhir di bawah US$ 16 pada April 2020, akibat harga minyak mentah AS jatuh ke teritori negatif.
Di samping itu, kelompok OPEC+ telah memangkas produksi hingga sebesar 9,7 juta barel per hari (bph) pada Mei dan Juni. Pemangkasan ini setara dengan sekitar 10% produksi global sebelum krisis pandemi corona.
Adapun, pertemuan untuk membicarakan tingkat pemangkasan saat ini diprediksi baru akan digelar setelah Juni. Arab Saudi dan Rusia telah sepakat untuk memperpanjang masa pemangkasan selama satu bulan kedepan, namun negara-negara OPEC tak bersedia untuk memangkas produksi lebih dalam dari saat ini.
Di sisi lain harga minyak berpotensi terangkat setelah permintaan energi Tiongkok, yang merupakan negara dengan konsumsi energi terbesar kedua di dunia, terus mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan dibukanya karantina sejumlah wilayah (lockdown) di Tiongkok.
(Baca: Pengusaha Minta Pemerintah Turunkan Harga Energi untuk Industri)