Meski Hadapi Corona, Jokowi Ingatkan Jajarannya Cegah Kebakaran Hutan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan jajarannya untuk tetap mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) meski RI tengah menghadapi pandemi virus corona Covid-19. Pasalnya sebagian daerah sudah mulai memasuki musim kemarau sejak April 2020.
Merujuk data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), 17% wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau sejak April 2020. Sebanyak 38% wilayah sudah memasuki musim kering pada bulan lalu.
Sedangkan 27% wilayah RI telah masuk kemarau pada Juni 2020. Makanya Jokowi memerintahkan jajaranya bersiap sebelum memasuki Agustus. “Persiapan satu bulan untuk mengingatkan ini,” kata Jokowi saat membuka rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (23/6).
(Baca: 1,6 Juta Ha Lahan Gambut Terbakar, 63% Terkait Izin Konsesi Sawit)
Atas dasar itu, Jokowi meminta manajemen lapangan dalam antisipasi karhutla harus terkonsolidasi dan terkoordinasi dengan baik. Dia juga ingin jajarannya bisa memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pemantauan dan pengawasan.
Jokowi mencontohkan sistem pemantauan dan pengawasan yang dimiliki Provinsi Riau sudah cukup bagus dalam mengantisipasi karhutla. Sebabnya, sistem tersebut dapat menggambarkan situasi lapangan secara detail.
“Saya kira kalau seluruh wilayah yang rawan kebakaran ini bisa dibuat seperti itu maka pengawasan akan lebih mudah,” kata Jokowi.
Kepala Negara juga meminta agar infrastruktur pengawasan yang dimiliki pemerintah hingga tingkat bawah bisa dimanfaatkan dalam mencegah karhutla. Dengan demikian api yang muncul bisa dipadamkan dengan lebih efektif dan efisien.
Jokowi juga mengingatkan jajarannya tak menunggu pemadaman karhutla hingga api sudah membesar. “Sekecil mungkin api baru mulai segera harus cepat tanggap,” kata dia.
Lebih lanjut Jokowi menyatakan bahwa 99% karhutla terjadi karena ulah manusia, baik karena sengaja atau lalai. Karena itu dia meminta penegakan hukum saat terjadi karhutla harus tegas dan tanpa kompromi.
Selain itu, Jokowi meminta penataan ekosisten lahan gambut dilakukan secara konsisten. Dia meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Restorasi Gambut (BRG), serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus menjaga agar tinggi muka air tanah di lahan gambut.
Dengan demikian, lahan gambut bisa tetap basah dan mengantisipasi terjadinya karhutla. “Sekat kanal, embung, sumur bor, tekologi pembasahan lainnya harus konsisten dilakukan,” ujarnya.
(Baca: Lebih dari 1.300 Bencana Terjadi Sepanjang 2020, Apa Saja?)