Pos Indonesia Ungkap 2 Perubahan Belanja di E-Commerce Selama Pandemi
Perusahaan logistik PT Pos Indonesia mencatatkan pengiriman barang melalui e-commerce naik 42% selama April-Juni. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini pun mengungkapkan dua perubahan pola berbelanja online selama pandemi corona.
Pertama, jenis barang yang paling banyak dibeli di platform dan dikirim berubah. Sebelum ada pandemi Covid-19, produk yang paling sering dibeli yakni pakaian dan kosmetik.
Kini, masyarakat mulai membeli bahan pokok melalui e-commerce. “Beras dan minyak goreng pun dibeli melalui platform online,” kata Direktur Kurir dan Logistik PT Pos Indonesia Charles Sitorus saat mengikuti acara Katadata Webinar bertajuk ‘Perubahan Konsumen Belanja Online’, Selasa (14/7).
(Baca: Bukalapak Gaet HappyFresh, E-Commerce Bersaing Ketat Jual Bahan Pokok)
Perubahan itu sejalan dengan pola konsumsi masyarakat yang berubah. Hal ini tecermin pada Databoks di bawah ini:
Kedua, masyarakat mulai mencoba layanan pembayaran non-tunai saat berbelanja di e-commerce. Sebelumnya, konsumen banyak yang memilih metode pembayaran bayar di tempat (cash on delivery/COD) karena dinilai lebih aman.
“Fenomena pandemi virus corona ini, orang cenderung ke non-cash. Maka, kami kerja sama dengan para penyedia layanan e-wallet,” ujar Charles.
(Baca: Peta Persaingan Gojek, Grab & E-Commerce di Pesan Antar Bahan Makanan)
Perubahan itu juga senada dengan riset rapyd.net terhadap 500 responden di Indonesia pada Maret dan April 2020. Datanya bisa terlihat pada Databoks di bawah ini:
Secara keseluruhan, Pos Indonesia mencatat bahwa nilai dari pengiriman lewat e-commerce naik 58% selama pandemi. Sedangkan pengiriman barang antarkota meningkat 34%.
“Yang tadinya tidak terbiasa belanja online, kini menjadi ke arah sana. Kami pun mempersiapkan (peluang) ini semaksimal mungkin," ujar Charles.
(Baca: Makanan Siap Masak di Tokopedia, Shopee, Gojek Diminati Saat Pandemi)
Di satu sisi, transaksi pengiriman uang melalui Pos Indonesia menurun sejak ada pandemi Covid-19. Penyebabnya ada beberapa faktor. Salah satunya, daya beli masyarakat yang menurun karena pendapatan berkurang ataupun terkena Pemecatan Hubungan Kerja (PHK).
"Ha itu membuat transaksi pengiriman di Pos Indonesia ikut menurun," ujar Charles. Oleh karena itu, perusahaan memberikan berbagai kemudahan kepada para pelanggan melalui layanan digitalisasi Pos Giro Mobile (PGM).
(Baca: Era New Normal: Belanja Lewat TV, YouTube, Instagram, WhatsApp, Google)