Ledakan Bom di Mapolrestabes Surabaya Akibatkan 10 Korban Luka
Kepolisian Daerah Jawa Timur menyatakan ledakan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur, menyebabkan 10 orang menjadi korban luka. Sepuluh orang korban terdiri dari empat anggota polisi dan enam warga sipil, yang saat ini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim.
Kepala Bidang Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan empat anggota polisi yakni Bripda M Maufan, Bripka Rendra, Aipda Umar dan Briptu Dimas Indra.
Sedangkan korban dari masyarakat ada enam orang, antara lain Atik Budi Setia Rahayu, Raden Aidi Ramadhan, Ari Hartono, Ainur Rofiq, Ratih Atri Rahma dan Eli Hamidah.
"Data akan terus kami update. Kami ingin sampaikan polisi akan tegar dan tidak goyah," kata Frans dalam siaran langsung televisi swasta, Senin (14/5).
Sementara itu para pelaku bom bunuh diri yang berjumlah empat orang diduga tewas di lokasi.
(Baca juga: Bom Meledak di Mapolrestabes Surabaya, Anggota Polisi Jadi Korban)
Serangan teror di Markas Polres Kota Besar Surabaya terjadi Senin (14/5) pukul 08.50 WIB. Peristiwa ledakan terekam dari kamera CCTV Polrestabes Surabaya yang menunjukkan serangan dilakukan seorang pengendara sepeda motor yang membonceng seorang perempuan dan diduga membawa juga seorang anak.
Peristiwa ledakan terjadi di depan pintu gerbang masuk Mapolrestabes Surabaya. Dari kamera CCTV, sebelum ledakan terjadi tampak sebuah mobil minibus hitam diikuti dua sepeda motor memasuki area pintu masuk pemeriksaan Mapolrestabes.
Satu sepeda motor yang terlihat dibawa seorang pria dengan memboncengi seorang perempuan dan anak berbelok ke arah beberapa orang polisi yang sedang berjaga di sekitar pintu gerbang. Sesaat kemudian, bom meledak.
(Baca juga: Serangan Teror di Mapolrestabes Surabaya Gunakan Sepeda Motor)
Dalam waktu dua hari, serangan teror berturut-turut menyerang Surabaya, Jawa Timur. Minggu kemarin (13/5), tiga gereja mendapat serangan bom bunuh diri yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat di Jalan Arjuna.
Serangan di tiga gereja ini menyebabkan 12 warga sipil tewas dan 41 orang luka-luka. Pelaku bom melibatkan satu keluarga terdiri dari bapak, ibu dan empat anak tewas di lokasi ledakan. Keluarga ini diduga merupakan sel jaringan ISIS di Indonesia.
Setelah serangan di tiga gereja, sebuah ledakan terjadi di Rusunawa Wonocolo yang berada di belakang Polsek Taman, Sidoarjo, Jawa Timur. Ledakan bom di Sidoarjo ini pun melibatkan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ketiga pelaku tewas dalam kecelakaan membuat bom bunuh diri di tempat tinggalnya, tanpa korban dari pihak lain.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan serangan di tiga gereja terkait jaringan Negara Islam Irak dan Syam (NIIS atau ISIS) di Indonesia.
Tito memaparkan motif serangan ini terkait dengan kondisi ISIS yang tengah tertekan dan dalam keadaan terpojok. Dalam keadaan tertekan, ISIS memerintahkan jaringannya menyerang di seluruh dunia termasuk di Indonesia.