Mendapat Restu Presiden, Proyek Bandara Bali Utara Siap Dilanjutkan
PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) Panji Sakti akan merealisasikan pembangunan proyek Bandara Bali Utara. Rencana tersebut kemungkinan segera berjalan setelah Presiden Joko Widodo memberi lampu hijau untuk penetapan lokasi atas proyek infrastruktur ini.
Menurut Presiden Direktur PT BIBU Panji Sakti, Made Mangku, restu Presiden Jokowi tersebut diharapkan menyelesaikan hambatan dalam pembangunan bandara terutama dalam menentukan lokasinya. “Kami berterima kasih ke Pak Presiden melalui Setneg mengeluarkan surat yang diharapkan,” kata Made di Jakarta, Kamis (22/2/2018).
Penetapan lokasi ini memang membuat rencana pembangunan bandara internasional ke dua di Pulau Dewata tersebut terkatung-katung. Menurut Made, pihaknya telah mengajukan usul tempat bandara sejak Kementerian Perhubungan dipimpin Ignasius Jonan. Sayangnya, ketika itu Jonan kurang merespons. Padahal, Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Buleleng telah memberi persetujuan.
Proposal izin penetapan lokasi kedua disampaikan setelah Budi Karya Sumadi menduduki kursi Menteri Perhubungan. Untuk memperlancar proyek ini, Made Mangku juga menemui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Presiden Joko Widodo. Hasilnya, kata Made, Presiden melalui Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengirim surat kepada Menteri Perhubungan untuk mengeluarkan penetapan lokasi. (Baca juga: Jokowi Perintahkan Pengelolaan Lima Bandara Dilepas ke Swasta)
Ketika itu, dia mengusulkan bandara baru ini akan dibangun di lepas pantai Buleleng, tepatnya di Kubu Tambahan. Pertimbangannya, banyak tempat ibadah dan situs sejarah yang bertebaran. Setidaknya ada 33 pura dan 21 situs, di luar permukiman penduduk. Karena itu kecil kemungkinan bandara tersebut dibangun di darat.
Rencananya, bandara dengan biaya US$ 2 miliar, sekitar Rp 27 triliun, ini akan memiliki daya tampung 32 juta orang serta runway yang panjangnya 4.100 meter. Dalam mengerjakan proyek, PT BIBU Panca Sakti berpartner dengan Airports Kinesis Consulting. Perusahaan asal Kanada ini akan mencarikan pendanaan dalam memenuhi kebutuhan investasi. “Situasi bandara Bali sangat strategis dan penting,” kata Chief Technical Officer Kinesis Shad Serroune.
Operational Director BIBU Tulus Pranowo menambahkan, penentuan lokasi mesti dikeluarkan kementerian perhubungan lantaran pengembangan bandara memgacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2014 tentang Tata Cara dan Prosedur Penetapan Lokasi Bandara. Aturan ini mencakup rencana induk nasional bandar udara. Ini berbeda dengan penetapan lokasi di proyek lain seperti tol yang ditetapkan oleh Gubernur sesuai Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015.
PT BIBU Panca Sakti juga menjajaki pembangunan tol dari Denpasar menuju bandara dengan melewati Bali bagian tengah. Menurut Tulus, pembangunan tol lebih mudah dilakukan ketimbang rel kereta yang menembus wilayah pegunungan di tengah Bali. (Baca pula: Penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai Diperpanjang).
Sementara itu, Projek Strategic Advisor PT BIBU Panji Sakti Freddy Numberi mengatakan pembangunan bandara ini penting karena Bandara Ngurah Rai sudah begitu padat. Apalagi ketika ada konferensi digelar di Bali. Akibatnya, sebagian penerbangan ke Bali kadang dialihkan ke Surabaya atau Yogyakarta.
Pembangunan bandara di lepas pantai, Freddy menambahkan, sudah diaplikasikan di beberapa negara besar seperti Macau. Meski biaya pembangunan di atas laut lebih mahal, namun akan lebih efektif karena tidak perlu membebaskan lahan. Sehingga, dalam perhitungannya, proyek ini akan selesai dalam tiga tahun.