Solok Perbanyak Kampung KB Demi Kesejahteraan Ibu dan Anak
Pemerintah Kabupaten (pemkab) Solok, Sumatera Barat menerapkan sejumlah strategi untuk mengentaskan stunting di wilayahnya. Selain mengedukasi masyarakat terkait pentingnya menjaga gizi ibu hamil dan anak, pemkab juga terus mengembangkan Kampung Keluarga Berencana (KB).
Bupati Solok Gusmal menjelaskan, pemerintah daerah terus berupaya untuk meningkatkan usia harapan hidup masyarakat. Dengan kata lain, angka kematian ibu dan bayi serta kasus gizi buruk harus terus dikikis.
Khusus menyoal stunting, pemkab berupaya dengan melibatkan tenaga medis di dalam tim penyuluh pernikahan. Mereka bertugas memberikan wawasan terkait pentingnya kesehatan, terutama pemenuhan gizi ibu hamil, serta anak selama 1.000 hari pertama kelahirannya.
"Pemuda yang akan menikah kami didik dulu. Kami beri pengetahuan bahwa menikah harus siap mental dulu, termasuk siap memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga," ucapnya kepada Katadata di sela penyerahan penghargaan Indeks Kelola 2020, di Jakarta, Selasa (17/11/2020).
Selain itu, Pemkab Solok juga terus melaksanakan pengadaan Kampung KB. Lokasi yang dipilih terutama perkampungan yang masyarakatnya tidak menerapkan program Keluarga Berencana (KB).
"Di kampung KB itulah yang biasanya kasus stunting juga banyak terjadi. Karena, di sana orang-orangnya tidak KB. Jadi kami edukasi, jika ingin menikah maka harus ikut program KB," ucap Gusmal. Saat ini, tercatat ada 32 Kampung KB di Kabupaten Solok.
Apa yang dilakukan Kabupaten Solok untuk mengentaskan stunting hanya sekelumit dari banyak upaya daerah ini guna meningkatkan kesehateraan masyarakat. Baru-baru ini Kabupaten Solok juga memperoleh penghargaan Indeks Kelola dari Katadata Insight Center (KIC) kategori Pembangunan Bidang Kesejahteraan.
Tentang Indeks Kelola
Indeks kelola disusun dalam upaya mengukur kinerja pemerintah daerah dan efektivitas alokasi anggaran untuk kebutuhan pembangunan di masing-masing wilayah. Harapannya metode ini dapat memacu efektivitas pengunaan APBD dalam upaya mewujudkan pembangunan daerah.
Indeks Kelola 2020 adalah hasil kolaborasi KIC dengan para ekonom dari Universitas Gadjah Mada. Metode pengukuran disusun oleh Dr. Elan Satriawan, MEC, Dr. Rimawan Pradiptyo, MSC., dan Gumilang Aryo Sahadewo, SE, M.A., PhD. Sementara analisis perhitungan dan pelaporan dilakukan Tim KIC.
Adapun indeks kelola terbagi menjadi empat kategori yaitu pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan pembangunan ekonomi. Selain itu ada dua sub kategori di bidang pendidikan dan kesehatan. Penelitian untuk indeks kelola dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dimulai dengan seleksi administrasi terhadap 508 kabupaten dan kota, hingga akhirnya didapat 65 Pemda dengan indeks kelola tertinggi.
Laporan lengkap mengenai indeks kelola bisa dibaca dan diunduh lewat tautan berikut. Cek juga berbagai informasi mengenai data di tiap daerah bisa diakses di databoks.
Informasi lengkap mengenai data Kabupaten Solok bisa diakses di sini.