Dua Penyebab Subsidi Listrik Tahun Depan Dinaikkan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan kenaikan subsidi listrik untuk tahun depan. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019, subsidi listrik diusulkan Rp 57,67 triliun. Padahal tahun ini hanya Rp 47,66 triliun.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan salah satu alasan mengajukan kenaikan subsidi listrik tahun depan naik adalah tambahan pelanggan baru, khususnya untuk daya 450 Volt Ampere (VA). Penigkatan pelanggan ini karena ada program listrik masuk desa. Ini membutuhkan subsidi dari segi tarif sebesar Rp 56,46 triliun.
Tambahan subsidi itu juga untuk biaya pemasangan saluran listrik golongan masyarakat tidak mampu. Saat ini ada beberapa daerah yang belum mampu menyambung listrik seperti Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk menyubsidi pemasangan sambungan listrik daya 450 VA butuh Rp 1,21 triliun.
Adapun dengan anggaran pemasangan baru listrik sebesar Rp 1,2 triliun tahun depan diperkirakan bisa memberikan subsidi penyambungan listrik untuk 2,4 juta rumah tangga yang tidak mampu. Perkiraan besaran subsidinya sekitar Rp 500 ribu per rumah tangga.
Penghitungan subsidi listrik tahun depan ini memakai asumsi harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) US$ 70 per barel dan kurs Rp 14.400 per dolar. "Kami mengusulkan ada tambahan subsidi yang kami diskusikan dengan Kementerian Keuangan," kata Jonan dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Kamis (6/9).
Dengan tambahan subsidi pemasangan sambungan listrik itu, harapannya rasio elektrifikasi listrik bisa naik. Saat ini rasio elektrifikasi sudah 97,13%, atau melampaui target tahun ini sebesar 97,5%. Adapun sampai akhir 2019 diperkirakan rasio elektrifikasi mencapai 99,9%.
Usulan subsidi tahun depan itu masih harus dibahas dengan Komisi VII DPR. Setelah itu diajukan ke Badan Anggaran DPR.
(Baca: Subsidi Listrik Terancam Membengkak Akibat Tambahan 1 Juta Pelanggan)
Mengacu data Kementerian ESDM, hingga Agustus 2018 subsidi listrik sudah mencapai Rp 28,95 triliun. Sampai akhir tahun diperkirakan subsidi listrik mencapai US$ 59,99 triliun.