Hingga Mei, Lifting Migas Masih Belum Capai Target
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat capaian produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi (migas) hingga Mei 2018 masih di bawah target. Salah satu penyebabnya adalah masih ada minyak yang belum diangkut dari terminal penampungan.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan lifting migas hingga 24 Mei 2018 sebesar 1,895 juta barel setara minyak per hari (bsmph). Padahal targetnya 2 juta bsmph.
Dari jumlah itu perinciannya untuk lifting gas bumi 1,156 juta bsmph dari target 1,2 juta bsmph. Sedangkan lifting minyak 737 ribu barel per hari (bph), targetnya 800 ribu bph.
Salah satu faktor yang membuat lifting migas belum tercapai target lantaran masih ada stok minyak di terminal yang belum terangkut sebesar 9,82 juta barel. "Lifting minyak ketinggalan atau 94% dari target," kata Jonan dalam rapat kerja Kementerian ESDM dan Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu (30/5).
Akan tetapi, dari segi produksi migas sebenarnya sudah melampaui target. Hingga 24 Mei 2018, produksi migas sudah mencapai 2.174 ribu boepd, padahal targetnya 2.151 ribu boepd.
Perinciannya adlaah produksi minyak sebesar 778 ribu bph, dan gas bumi sebesar 1.396 ribu boepd. "Kalau lihat produksi migas ini sudah di atas target sudah di atas 2 juta boepd," kata dia.
Sementara itu, anggota Komisi VII DPR Fadel Muhammad menyatakan kekhawatirannya terhadap capaian lifting migas yang terus menurun. Alasannya, penurunan lifting akan membuat impor membengkak. Di sisi lain, nilai tukar Rupiah (Rp) terhadap dolar Amerika Serikat (US$) sedang melemah.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor migas April 2018 mencapai US$2,32 miliar. Angka itu naik 3,62 persen dibanding Maret 2018 dan naik 40,89 persen dibanding April 2017.
Untuk itu, Fadel menanyakan langkah pemerintah menghadapi itu. "Pertanyaannya, apa ini tidak mengganggu keuangan negara? Apa kementerian ESDM tak punya terobosan untuk perkembangan yang ada, karena kita menghadapi tantangan yang luar biasa besar yakni lifting dan investasi tidak ada tambahan , " kata Fadel.
Anggota Komisi VII DPR lainnya Kurtubi penyebab lifting rendah adalah tak adanya penemuan cadangan yang besar. "Karena eksplorasi menurun. Saya tidak bosan mengingatkan untuk bisa produksi ini meningkat harus ada penemuan cadangan baru, optimalisasi lapangan lama, " kata dia.
Namun, Jonan mengatakan sudah berupaya menggenjot eksplorasi di sektor migas. Salah satu upaya itu adalah menghilangkan skema ring fencing, agar kontraktor dimudahkan. Ring fencing adalah skema perhitungan pendapatan dan biaya operasional migas.
Dengan penghapusan ring fencing, kontraktor diboleh yang hendak mengeksplorasi di suatu wilayah kerja migas yang tak masuk dalam kontrak. "Silakan eksplorasi, kalau ketemu cadangan kita bicara," ujar Jonan.
(Baca: Skema Gross Split Dinilai Tak Cocok untuk Blok Eksplorasi)
KKKS yang berhasil menemukan cadangan akan mendapatkan hak istimewa untuk bisa menyamakan penawaran ketika blok itu dilelang. Alhasil, peluang untuk memenangkan blok tersebut menjadi besar.