Jokowi: 2019 Wilayah Jawa-Bali Butuh Tambahan Listrik 21 GW
Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) mengatakan dalam tiga tahun ke depan, Pulau Jawa dan Bali akan membutuhkan pasokan listrik baru sebesar 21 gigawatt (GW). Makanya dia terus mendorong percepatan pembangunan pembangkit listrik 35 GW seluruh Indonesia.
"Kebutuhan yang sangat besar sekali yang harus dikejar. Harus segera dipercepat pelaksanaan pembangunannya (pembangkit listrik). Karena kalau tidak, 2019 akan ada kekurangan listrik di Jawa-Bali dan artinya akan ada pemadaman," kata Jokowi dalam keterangannya saat acara “Groundbreaking PLTU Lontar 315 MW Unit 4” di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Jumat (10/6).
(Baca: Proyek Listrik Molor, Sudirman: Presiden Evaluasi Manajemen PLN)
Menurutnya jika dilihat dari atas, wilayah Indonesia pada malam hari masih banyak yang gelap. Masih banyak anak-anak sekolah kesulitan belajar pada malam hari, karena tidak ada listrik. Kondisi ini menjadikan anak-anak Indonesia malas belajar. Meski sebagian anak yang rajin, anak tetap belajar dengan menggunakan lilin atau lampu minyak.
Saat ini saja, Jokowi sudah mendapatkan fakta bahwa masih ada warga yang tinggal di dekat Ibukota yang tidak mendapatkan listrik. Saat meresmikan pembangunan PLTU Lontar, dia sempat menanyakan kepada warga yang hadir. Apakah warga di sana masih ada yang tidak mendapatkan listrik.
Semula banyak ragu dengan pertanyaan Presiden, tapi akhirnya 19 orang maju ke depan. "Benar belum punya listrik?" tanya Presiden. "Iya benar," jawab seorang Ibu. Jokowi kembali menegaskan, "belum ada?". Ibu itu pun menjawab, "masih menyalur sama tetangga.” (Baca: Cerita Jokowi Soal Proyek PLTU Batang)
Saat itu juga, presiden memerintahkan kepada Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Sofyan Basir agar dalam waktu satu minggu, 19 rumah tersebut sudah terpasang meteran listrik. Sofyan pun menyanggupi dan PLN akan menanggung semua biaya pemasangan.
Selain penerangan, kata dia, listrik juga diperlukan untuk membangkitkan roda ekonomi. Jika listrik tidak ada di desa dan di kampung maka usaha-usaha kecil, seperti penjahit dan usaha kerajinan lainnya tidak bisa berjalan secara optimal.
Listrik juga sangat diperlukan industri, seperti pabrik dan hotel. Investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia tentunya akan berpikir ulang bila tidak ada pasokan listrik. “Pasti akan pindah ke daerah lain atau negara lain. Kalau pabrik nggak ada yang berdiri, industri nggak ada yang berdiri, anak-anak muda kita akan kerja dimana. Betapa pentingnya listrik," ujarnya.
Dia pun mengakui bahwa pembangunan pembangkit listrik tidak mudah, berkaitan dengan perizinan dan pembebasan lahan. Namun, saat ini pemerintah pusat dan daerah telah sepakat bekerjasama mengatasi krisis listrik. Sehingga masalah yang menghambat pembangunan pembangkit listrik akan bisa teratasi.
”Saya harapkan seluruh menteri dan Dirut PLN juga untuk sering turun ke lapangan untuk melihat masalah yang ada dan segera cepat diselesaikan," kata Jokowi. (Baca: Jokowi Minta PLN Bereskan Proyek Pembangkit Mangkrak)