Ada Restrukturisasi, Proyek EOR Pertamina Jadi Tak Pasti
Pertamina belum menentukan kelanjutan sejumlah proyek hulu migas. Itu lantaran perusahaan masih fokus pada restrukturisasi anak-anak usaha.
Salah satu proyek tersebut yaitu penggunaan teknologi pengurasan sumur minyak atau Enhanced Oil Recovery (EOR). Proyek EOR biasanya dipakai untuk menahan laju penurunan produksi blok-blok migas yang sudah tua.
Direktur Perencanaan Strategi dan Pengembangan Bisnis Subholding Hulu Pertamina, John H Simamora, menyebut pihaknya tetap berkomitmen melanjutkan proyek EOR. Namun, dirinya belum bisa memastikan kapan proyek itu bisa berjalan.
"Kami tunggu arahan dari CEO baru, masih sibuk dengan reorganisasi subholding," ujar John kepada Katadata.co.id, Selasa (30/6).
(Baca: Rencana dan Target IPO Anak Usaha Pertamina yang Ditolak DPR)
Seperti diketahui, Pertamina EP atau PEP sejak tahun lalu telah memulai pengerjaan EOR di delapan lapangan migas. Salah satunya merupakan pilot EOR polymer di Lapangan Tanjung yang dikerjakan bersama Repsol.
Pertamina telah menandatangani kerja sama dengan Repsol untuk mengerjakan proyek EOR secara komplit (full scale), termasuk implementasi EOR surfactant-polymer dan CO2 flooding.
"Status terakhir saya harus konfirmasi dengan teman-teman di hulu mengenai Repsol. Kami dalam proses transisi," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mendorong penggunaan teknologi EOR untuk menggenjot produksi migas. Luhut menyebut terdapat potensi 1,6 miliar barel minyak yang dapat dioptimalkan dengan menggunakan EOR.
(Baca: Dirut Pertamina: Jika Menurunkan Harga BBM, Bisnis Hulu Migas Ditutup)