SKK Migas Panggil Shell soal Data 32 Perusahaan Minati Blok Masela
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas berencana memanggil Shell Upstream Overseas Ltd pada pekan depan terkait 32 perusahaan yang meminati proyek gas alam cari atau LNG Abadi Blok Masela. Tujuannya untuk mengetahui kelanjutan proses pencarian mitra oleh anggota konsorsium bila Shell hengkang dari Blok Masela.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan meski Shell berniat untuk hengkang dari Blok Masela, perusahaan asal Belanda tersebut berkomitmen untuk mendukung berjalannya pengembangan blok tersebut.
SKK Migas perlu mengetahui perkembangan proses lebih lanjut dari 32 perusahaan yang meminta dibukakan data room blok Masela. Kewenangan untuk mengaskes data room Blok Masela masih menunggu persetujuan Kementerian ESDM.
"Saya belum dapat laporan resmi dari Shell. Mungkin minggu depan saya minta konsorsium untuk melaporkan," kata dia saat ditemui di gedung Kementerian ESDM, Jumat (7/6).
Sebelumnya, Dwi menyebut harga LNG yang rendah membuat kontraktor kontrak kerja sama ragu untuk melanjutkan pengembangan blok migas di Indonesia. Salah satunya kontraktor Blok Masela, Inpex Corporation dan Shell Upstream Overseas Ltd.
"Saat ini harga LNG US$ 2,2 per MMBTU. Ini yang membuat ketakutan project owner seperti Abadi Masela untuk mengeksekusi proyek ke depan," ujar Dwi.
Seperti diketahui, SKK Migas pun menargetkan produksi blok tersebut bisa mencapai 10,5 ton LNG per tahun. Produksi tersebut terdiri dari LNG sebesar 9,5 MTPA atau setara 330 ribu boepd dan gas pipa sebesar 150 MMscfd atau setara 1 juta ton LNG per tahun.
Sebelumnya, Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan Shell berniat keluar dari Blok Masela dan sedang berdiksui dengan Inpex Corporation untuk mencari mitra baru.
Rencana Shell keluar dari Blok Masela, menurut dia, sebenarnya sudah diutarakan beberapa bulan lalu. Penyebabnya, kondisi keuangan perusahaan tertekan di tengah pandemi corona. Julis menilai, dengan mundurnya Shell akan berdampak besar terhadap penyelesaian proyek.
SKK Migas sebelumnya sempat berhitung jika harga minyak dunia berada di level US$ 40 per barel maka akan berpengaruh pada jadwal penyelesaian blok migas itu.
Pasalnya, Inpex menghitung tingkat keekonomian Blok Masela berdasarkan asumsi harga minyak berada di level US$ 60 per barel. Inpex tetap berkomitmen mengembangkan proyek tersebut.
Beberapa kegiatan seperti, pengurusan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), akuisisi lahan, dan survei masih terus berjalan di tengah pandemi corona.