Harga Minyak Naik di Tengah Redupnya Harapan Paket Stimulus AS
Harga minyak dunia berbalik naik pada perdagangan Rabu (12/8) waktu Indonesia. Setelah pada sesi sebelumnya turun karena hilangnya harapan terkait paket stimulus ekonomi Amerika Serikat (AS).
Paket stimulus itu dianggap mampu meningkatkan aktivitas bisnis. Sehingga permintaan bahan bakar bertambah dan harga minyak terdorong naik.
Meski begitu, Petinggi Senat AS dari Partai Republik dan Demokrat mengkritik satu sama lain terkait kebijakan stimulus ekonomi. Hal itu menyebabkan tak ada pembahasan lanjutan tentang paket baru.
Padahal, stimulus itu terkait tunjangan bagi puluhan juta masyarakat AS yang kehilangan pekerjaan selama pandemi corona. "Saat ini ada keraguan tentang paket stimulus," kata Gary Cunningham, direktur riset pasar di Tradition Energy dilansir dari Reuters, Rabu (12/8).
Mengutip Bloomberg pada hari ini pukul 07.22 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2020 naik 0,25 persen menjadi US$ 44,61 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2020 naik 0,22 persen menjadi US$ 41,70 per barel.
Di sisi lain, ada sentimen positif bagi harga minyak. Salah satunya pernyataan Presiden Vladimir Putin yang mengklaim bahwa Rusia menjadi negara pertama di dunia yang memberikan persetujuan vaksin Covid-19. Meski demikian, beberapa ahli khawatir terhadap keputusan tersebut karena vaksin belum melewati uji coba akhir.
Selain itu, CEO Saudi Aramco Amin Nasser optimistis permintaan minyak akan pulih di Asia. Pasalnya sejumlah negara telah melonggarkan karantina wilayah.
Tiongkok bahkan mencatatkan penurunan deflasi pabrikpada Juli 2020. Hal itu menunjukkan aktivitas industri kembali meningkat ke level sebelum pandemi, dan menambah tanda-tanda pemulihan ekonomi Tiongkok.
Harga minyak juga mendapat dukungan dari peningkatan saham di bursa Eropa, yang naik untuk sesi ketiga berturut-turut, karena produksi mobil yang melonjak dan data penjualan Tiongkok yang meningkat.