Upaya Hilirisasi, PTBA Akan Ekspor Karbon Aktif Batu Bara ke Australia
PT Bukit Asam Tbk alias PTBA berencana memproduksi karbon aktif dari bahan baku batu bara. Langkah ini sejalan dengan upaya hilirisasi dan peningkatan nilai tambah pertambangan.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan pada tahun lalu perusahaan telah menandatangani kesepakatan awal (HoA) dengan Activated Carbon Technologies PTY, LTD (ACT). Dalam kesepakatan ini, perusahaan asal Australia tersebut telah menyatakan komitmennya sebagai pembeli produk karbon-aktif PTBA secara jangka panjang.
Pabrik karbon aktifnya akan dibuat di Kawasan Industri Tanjung Enim (Bukit Asam Coal Based Industrial Estate/BACBIE), Sumatera Selatan. Produksinya akan mencapai 12 ribu ton per tahun dengan mengolah 60 ribu ton batu bara per tahun. "Kajian tambahan, termasuk uji sampel batu bara, sedang dalam proses di 2021 ini," ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (12/3).
Produksi karbon aktif ini akan mengolah batu bara melalui proses aktivasi. Material di dalamnya akan berubah menjadi banyak pori-pori dan dapat menyerap zat lain di sekitarnya.
Karbon aktif dapat dimanfaatkan untuk proses penjernihan dan pemurnian air, pemurnian gas dan udara serta filter industri makanan. Fungsi lainnya adalah penghilang warna untuk industri gula dan penyedap rasa (MSG). “Hingga di bidang farmasi sebagai penetral limbah obat-obatan agar tidak membahayakan lingkungan,” kata Arviyan.
Perusahaan saat ini juga berupaya menyelesaikan pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Sumsel-8. Kapasitasnya dua kali 620 megawatt dan merupakan proyek strategis PTBA bernilai US$ 1,68 miliar (sekitar Rp 24,2 triliun).
PLTU itu merupakan bagian dari proyek 35 ribu megawatt yang dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power. Produsen listrik swasta (IPP) ini merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd.
Progres pembangunan proyek PLTU yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara per tahun ini telah mencapai 72% hingga Februari 2021. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada Maret 2022.
PTBA Akan Bangun PLTS
Selain PLTU, perusahaan juga brencana membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 200 megawatt. Lokasinya akan memanfaatkan bekas tambang batu bara perusahaan yang sudah direklamasi.
Arviyan mengatakan perusahaan masih mencari teknologi yang tepat dan murah untuk mengembangkannya. “Diharapkan PLTS ini beroperasi di 2022,” katanya.
Perusahaan sedang melakukan studi dengan PLN. “Sehingga ketika mengimplementasikannya memakai teknologi dan biaya yang efisien,” ucap Direktur Pengembangan Bukit Asam Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin.
Ada dua lahan di Sumatera Barat yang akan perusahaan manfaatkan untuk membangun pembangkit dari energi baru terbarukan (EBT) tersebut. Keduanya adalah lahan pasca tambang seluas 224 hektare di Ombilin dan 201 hektare di Tanjung Enim.
Bukit Asam sebelumnya telah membangun PLTS, seperti di atap gedung Airport Operation Control Center (AOCC) Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Pembangkit ini dikelola PT Angkasa Pura II dengan menggandeng anak usaha PT LEN Industri, yakni PT Surya Energi Indonesia.