Setelah Restrukturisasi, Pertamina Klaim Pangkas Biaya Rp 4,9 T
Pertamina mencatat bisa menekan biaya hingga US$ 349 juta atau Rp 4,9 triliun setelah menjalankan program restrukturisasi holding-subholding pada 2020. Pemangkasan biaya tersebut mencapai 112% dari target tahunan yang ditetapkan perusahaan.
Perusahaan menjalankan program optimisasi biaya yang disebut dengan OPTIMUS atau Optimization Upstream. VP D&P Technical Excellence & Coordination sebagai Project Manager dari Tim Cost Optimization Henricus Herwin mengatakan, tujuan OPTIMUS untuk membangun budaya optimasi biaya dalam etos kerja dan mempertahankan operasi perusahaan secara berkelanjutan.
OPTIMUS dilakukan dengan menggunakan tujuh pilar. "Tujuh pilar ini sangat mungkin dijalankan dengan adanya regionalisasi dan operasi tanpa batas (Borderless Operation) serta pemanfaatan fasilitas bersama dan juga didukung dengan digitalisasi," ujar dia dalam keterangan tertulis, Senin (13/9).
Tercapainya target optimasi biaya pada 2021 di Subholding Upstream diperoleh dari berbagai kegiatan berdasarkan tujuh pilar optimasi biaya tersebut. Salah satunya melalui penerapan DRUPS atau Diesel Rotary Uninterruptible Power Supply dengan sumber power supply dari layanan PLN Super Ultima-2 Power Plant di Pertamina EP (PEP) Tanjung Field yang masuk dalam pengelolaan Regional Kalimantan.
Penerapan teknologi DRUPS sangat berdampak baik pada peningkatan power quality-reliability menjadi di atas 99% serta dapat mengurangi beban biaya produksi lebih dari 45%. Sebelumnya, menurut dia, biaya produksi PEP Tanjung Field cukup tinggi dan sebagian besar untuk penggunaan BBM dan pelumas pada power supply.
Selain dari biaya produksi dan reliability, penerapan DRUPS ini juga sebagai bentuk sinergi BUMN. Teknologi ini juga berpotensi untuk menurunkan sampai dengan 35 juta ton CO2 ekuivalen emisi gas rumah kaca, serta penurunan limbah B3.
Selain itu, salah satu program optimasi biaya lainnya di lingkungan Subholding Upstream dilakukan di Blok Mahakam. Dengan optimasi well intervention melalui metode redesign dan kolaborasi, PHM yang termasuk dalam Zona 8 Regional Kalimantan mampu melakukan penghematan biaya.
Optimasi lainnya adalah dari penggunaan chemical di lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris yang berada di Zona 12 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream.
Secara keseluruhan di Pertamina Subholding Upstream, sampai dengan Juli 2021 telah terlaksana lebih dari 125 program yang terkait dengan optimasi biaya.