Pasar Antisipasi Kebijakan Produksi OPEC+, Harga Minyak Tergelincir 2%
Harga minyak merosot lebih dari 2% pada perdagangan Selasa (30/5) sore di Asia karena pasar mengantisipasi kebijakan produksi negara-negara OPEC dan sekutunya, atau OPEC+, yang akan mengadakan pertemuan rutin akhir pekan ini.
Harga minyak berjangka Brent turun US$ 1,67 atau 2,17% menjadi US$ 75,40 per barel. Sementara itu minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) turun US$ ,47 atau 2,02% menjadi US$ 71,20 per barel.
Harga minyak sempat bangkit seiring meredanya risiko gagal bayar utang Amerika Serikat (AS). Pemerintahan Joe Biden dilaporkan telah mencapai kesepakatan dengan senat dan DPR untuk menaikkan plafon utang.
Biden dan McCarthy membuat kesepakatan bahwa kenaikan plafon utang harus melewati kongres. Mereka optimistis keputusan kenaikan plafon utang akan disahkan meski beberapa anggota parlemen sayap kanan dari Partai Republik menyatakan akan menentang kesepakatan itu.
“Pernyataan kontradiktif dari Partai Republik dan anggota parlemen membuat investor sebagian besar berinvestasi dalam kebuntuan,” kata analis pasar dari Phillip Nova, Priyanka Sachdeva, seperti dikutip Reuters, Selasa (30/5).
Batas waktu kenaikan plafon utang AS hampir bertepatan dengan pertemuan OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, pada 4 Juni, dan ketidakpastian apakah mereka akan meningkatkan pemangkasan produksi di tengah penurunan harga baru-baru ini.
“Investor telah mengalihkan perhatian mereka ke hasil pertemuan OPEC+ akhir pekan ini karena ada pesan beragam dari produsen minyak utama,” kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities Co Ltd.
Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman pekan lalu memperingatkan spekulan pasar yang bertaruh bahwa harga minyak akan turun untuk mewaspadai kemungkinan sinyal bahwa OPEC+ dapat memangkas produksi.
Namun, komentar dari pejabat dan sumber perminyakan Rusia, termasuk Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, mengindikasikan produsen minyak terbesar ketiga dunia itu condong ke arah membiarkan produksi tidak berubah.
Pada bulan April, Arab Saudi dan anggota OPEC+ lainnya mengumumkan pengurangan produksi minyak lebih lanjut sekitar 1,2 juta barel per hari (bph), sehingga total volume pemotongan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta bph.
“Pemangkasan produksi sukarela pada bulan April membuat pasar lengah. Kali ini, investor sangat berhati-hati sebelum keputusan akhir diumumkan,” kata analis dari Haitong Futures dalam sebuah catatan.
Data sektor manufaktur dan jasa Cina yang keluar akhir pekan ini juga akan diteliti untuk isyarat pemulihan permintaan bahan bakar di importir minyak utama dunia.