Pasar Ambil Untung, Harga Minyak Naik 2% Usai Amblas US$ 3 per Barel
Harga minyak naik sekitar 2% pada perdagangan Selasa (13/6) didorong aksi ambil untung pelaku pasar yang memburu minyak murah usai kejatuhan harga yang cukup dalam pada perdagangan sehari sebelumnya.
Tetapi keuntungan terbatas karena pelaku pasar tetap berhati-hati menjelang keputusan kebijakan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed, dan data ekonomi yang lemah dari Cina.
Minyak mentah Brent naik US$ 1,47 atau 2,1% menjadi US4 73,31 per barel, sedangkan minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,20 atau 1,8% menjadi US$ 68,32 per barel.
Kemunduran enam bulan Brent, struktur pasar di mana harga perdagangan jangka pendek lebih tinggi dibandingkan jangka panjang, telah jatuh ke level terendah sejak Maret di sekitar US$ 1,30. Ini menunjukkan kepercayaan pasar yang goyah pada permintaan melebihi pasokan sepanjang tahun.
“Agar pelaku pasar mulai membangun posisi beli lagi, mereka mungkin perlu melihat penurunan persediaan minyak yang lebih besar,” kata ahli strategi UBS Giovanni Staunovo yang memperkirakan hal ini akan terjadi dalam beberapa minggu.
Kedua harga minyak acuan global tersebut turun sekitar US$ 3 per barel pada Senin (12/6) setelah analis menyoroti meningkatnya pasokan global dan kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan menjelang rilis data inflasi AS dan pertemuan kebijakan moneter Fed AS berakhir pada Rabu (14/6).
Sebagian besar pelaku pasar mengharapkan Fed untuk membiarkan suku bunga tidak berubah. Kenaikan suku bunga The Fed telah memperkuat nilai tukar dolar, membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lain yang membebani harga minyak, sehingga jeda kenaikan suku bunga bisa menjadi bullish.
Di tempat lain, Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase lagi pada hari Kamis sementara Bank Jepang diperkirakan akan mempertahankan kebijakan ultra-longgarnya pada Jumat.
Di Cina, data ekonomi yang mengecewakan pekan lalu menimbulkan kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan di importir minyak mentah terbesar dunia. Bank sentralnya menurunkan suku bunga pinjaman jangka pendek pada hari Selasa untuk memulihkan kepercayaan pasar.
Kegelisahan permintaan mengimbangi dorongan sementara harga minyak dari janji Arab Saudi untuk memangkas lebih banyak produksi pada Juli.
Prospek permintaan minyak dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) yang dijadwalkan dirilis pada Rabu akan memberikan isyarat perdagangan lebih lanjut.