Harga Minyak Anjlok Lebih dari 1% di Tengah Melemahnya Dolar AS
Harga minyak dunia melesat di atas 1% pada perdagangan Kamis (13/7) waktu Amerika Serikat di tengah kejatuhan dolar AS terhadap mayoritas mata uang lainnya. Dolar melemah usai data inflasi AS menurun, tanda kenaikan suku bunga The Fed sudah mendekati puncaknya.
Harga minyak mentah berjangkaWest Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus terangkat 1,14 dolar AS atau 1,5%, menjadi menetap di 76,89 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September, meningkat 1,25 dolar AS atau 1,56% ditutup pada 81,36 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Partner di Again Capital LLC John Kilduff mengatakan, data inflasi AS terbaru menyebabkan indeks dolar AS turun ke level terendah sejak April 2022, membantu mendorong harga minyak.
Indeks dolar AS turun sekitar 0,75 persen pada Kamis (13/7) menyusul kemerosotan hampir 1,2% pada Rabu (12/7). Dolar yang lebih lemah membuat minyak mentah lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
"AS mencatatkan angka inflasi yang sangat rendah," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group.
Ia menilai, kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga telah menimbulkan hambatan bagi harga minyak. Pasar memperkirakan hanya ada satu kenaikan suku bunga lagi. Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Kamis (13/7) merevisi perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada 2023 sekitar 100.000 barel per hari. Ini terutama karena permintaan yang lebih tinggi dari Cina pada kuartal kedua.
Namun, Badan Energi Internasional (IEA) pada Kamis (13/7/2023) menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2023 sebesar 220.000 barel per hari berdasarkan hambatan ekonomi makro yang terus-menerus.
Harga minyak naik sekitar 12% dalam dua minggu, terutama didukung perpanjangan pemotongan produksi 1 juta barel per hari oleh Saudi hingga akhir Agustus dan pengurangan ekspor Rusia 500.000 barel per hari sebelumnya.