Konsumsi Batu Bara Global Capai Rekor Tertinggi di Tengah Tren EBT
Konsumsi batu bara mencapai rekor tertinggi 8,3 miliar metrik ton pada tahun 2022. Angka tersebut menyumbang 10.440 terawatt jam (TWh) atau sekitar 36% produksi listrik dunia. Lonjakan serapan batu bara saat itu terjadi di tengah meningkatnya kapasitas energi baru terbarukan atau EBT.
Menurut laporan International Energy Agency (IEA), rekor baru konsumsi batu bara tak lepas dari langkah Cina dan India yang meningkatkan produksi dan konsumsi mereka di saat adanya kekhawatiran keamanan pasokan energi imbas konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina.
Peningkatan penggunaan batu bara di Cina dan India belakangan membayangi langkah Amerika Serikat dan Uni Eropa yang berupaya menurunkan pemanfaatan batu bara untuk kelistrikan.
Selama bertahun-tahun, para ahli iklim telah mendorong para pemain ekonomi terbesar di dunia untuk melepaskan diri dari bahan bakar fosil. Namun sebaliknya, IEA mencatat konsumsi batu bara terus naik, hingga mencapai rekor 8,3 miliar metrik ton pada 2022 atau naik 3,3% dari tahun sebelumnya.
Menurut laporan IEA, Cina mengonsumsi 4,2 miliar ton batu bara, terdiri dari 3,5 miliar ton batu bara termal dan 708 juta ton batu bara metalurgi pada 2022. Jumlah tersebut menempatkan Cina sebagai pengguna batu bara terbesar dunia dengan tingkat konsumsi 53% dari total konsumsi global.
Mengalihkan India dan Cina dari batu bara diperkirakan membutuhkan biaya sekitar US$ 1 triliun. Meski pendanaan tersebut terbilang sangat besar, hal itu penting untuk mencapai sasaran emisi global. Di sisi lain, komplikasi politik dan hubungan negara dengan batu bara membuatnya menjadi tantangan yang serius.
Peningkatan konsumsi batu bara bersamaan dengan ledakan permintaan energi bersih berasal dari strategi sejumlah negara yang beralih ke sumber energi berbasis non-migas karena adanya lonjakan harga pada tahun lalu.
Konflik bersenjata Rusia-Ukraina memicu sanksi Eropa selama 2022 yang mengganggu pasokan hingga menyebabkan guncangan di pasar energi global.
Sejumlah Negara Barat mulai aktif mendorong pengembangan rantai pasok energi alternatif melalui penerapan sejumlah intensif di sektor energi terbarukan. Namun di sisi lain, bisnis batu bara di Cina dan India sedang naik daun.
Selain meningkatnya bisnis batu bara, Cina juga mengalami capaian pertumbuhan permintaan energi terbarukan yang paling progresif di dunia.
Pada paruh pertama tahun ini, pembangkit listrik tenaga angin dan surya Cina menghasilkan listrik 560 miliar kWh. Capaian tersebut menjadikan suplai listrik angin lebih tinggi untuk pertama kalinya dari kapasitas produksi gabungan bendungan pembangkit listrik tenaga air sejumlah 450 miliar kWh untuk pertama kalinya.
Besaran pembangkit listrik angin dan air menjadi gambaran transisi energi di Cina berjalan progresif. Namun pembangkit dan produksi berbahan bakar batu bara masih cenderung meningkat setidaknya untuk beberapa tahun ke depan.
Hal itu karena ketergantungan negara pada unit berbahan bakar batu bara dan kebutuhan untuk memenuhi pertumbuhan beban listrik yang cepat. Konsumsi listrik di Cina pada paruh pertama 2023 menjadi 205 miliar kilowatt hour (kWh) atau naik 5,2% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Kenaikan serapan listrik itu selaras dengan target pertumbuhan produk domestik bruto 5% pada tahun ini. Adapun produksi listrik listrik batu bara di Cina juga naik 8% dari periode yang sama pada 2022. Sebaliknya, permintaan batu bara di Amerika Serikat dan Uni Eropa masing-masing turun sebesar 24% dan 16%.
Secara historis, Cina dan India sama-sama menjadi penentang utama perjanjian iklim yang bersikeras menghentikan penggunaan batu bara.
Pada KTT iklim COP26 Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021 di Glasgow, Cina dan India memberlakukan intervensi di menit-menit terakhir untuk mempermudah bahasa dalam Pakta konferensi, sehingga para pihak setuju untuk "menghentikan" daripada "menghapus" batu bara.
“Bagaimana orang bisa berharap bahwa negara-negara berkembang membuat janji untuk menghapuskan subsidi batu bara dan bahan bakar fosil secara bertahap,” kata Menteri Lingkungan Hidup India Bhupender Yadav, dalam pidatonya selama proses konferensi.
“Negara-negara berkembang masih harus berurusan dengan agenda pengentasan kemiskinan mereka,” kata Yadav menambahkan. Meninggalkan batu bara merupakan langkah rumit bagi India dan Cina. India telah menjadi pengkritik yang sangat vokal bagi negara-negara maju yang kerap menyerukan penghapusan batu bara.
India mengatakan para negara maju yang telah memperkaya diri dari penggunaan bahan bakar fosil secara besar-besaran pada waktu lalu kini menekan negara berkembang untuk menghentikan penggunaan batu bara sembari menyerukan gerakan dekarbonisasi global.
Pejabat India telah mendesak negara-negara kaya untuk bercermin dan mengurangi penggunaan energi mereka sendiri sebelum menuding negara berkembang sebagai penyebab perubahab iklim.
Jika satu lemari es di Amerika Serikat menggunakan lebih banyak energi dalam setahun daripada yang dilakukan rata-rata individu di negara berkembang, kata mereka, maka mungkin itu harus menjadi fokus sebenarnya dari pembicaraan iklim.
Bagi Beijing, batu bara juga sangat politis dan identik dengan ketahanan energi. Saat pembangkit listrik alternatif tidak beroperasi optimal, batu bara selalu menjadi andalan dan sering kali merupakan cadangan penting bagi Cina.
Pada awal tahun ini, suplai listrik dari pembangkit tenaga air merosot sebesar 132 miliar kWh, memasuki level terendah selama delapan tahun terakhir.
Hal itu karena kekeringan berkepanjangan yang mengurangi daya listrik dari pembangkit tenaga air di Provinsi Sichuan dan Yunnan. Kondisi tersebut memaksa Cina untuk kembali beralih ke pembangkit batu bara untuk menjaga pasokan energi domestik.
Profesor Energi dan Lingkungan Universitas Georgetown, Joanna Lewis, mengatakan bahwa Cina khawatir bahwa penghentian penggunaan batu bara akan menyebabkan peningkatan risiko ketidakstabilan ekonomi dan politik.
"Saya pikir ada ketakutan untuk menjauh dari status quo dan memasuki dunia baru teknologi energi bersih dan maju ini, meskipun mereka berada pada posisi yang sangat baik untuk melakukannya," kata Joanna dikutip oleh Popular Science tahun lalu.