Pasca Ledakan Smelter Morowali, Anggota Komisi VII Minta Audit Total
Kasus ledakan tungku smelter terjadi pada salah satu pabrik pengolahan nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Morowali pada Minggu (24/12). Menurut data PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), per Selasa (26/12) terdapat 18 pekerja meninggal dunia.
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengatakan bahwa saat ini industri smelter wajib diaudit total untuk menjamin keselamatan pekerjanya. Selain itu Presiden dan Pemerintah ke depan harus mengkaji ulang program hilirisasi mineral yang digencarkan Presiden Jokowi.
"Sudah banyak kritik yang diberikan berbagai pihak terhadap program hilirisasi ini namun kurang direspons dengan baik oleh pihak Pemerintah. Yang sering muncul hanyalah pembelaan," kata Mulyanto dalam siaran persnya pada Rabu (27/12).
Mulyanto menyebutkan bahwa kasus ledakan tersebut merupakan kasus terbesar dalam sejarah pengoperasian smelter nasional. “Kalau tidak ada tindakan korektif dari pemerintah kami khawatir, smelter ini akan menjadi mesin pembunuh para pekerja,” jelasnya.
Menurutnya, hilirisasi yang dijalankan lebih banyak merugikan negara dan merusak lingkungan hidup. "Ke depan yang perlu kita percepat adalah industrialisasi mineral dengan nilai tambah dan multiplier effect yang tinggi, bukan sekedar hilirisasi setengah hati dengan produk setengah jadi dengan nilai tambah rendah,” ucapnya.
Dia mengatakan hingga saat ini industri smelter mendapat banyak keuntungan. Mulai dari harga bijih ore yang murah, tax holiday, kemudahan mendatangkan peralatan dan mesin, TKA, sumber energi yang kotor; produk nikel yang bernilai tambah rendah berupa NPI (nickel pig iron) dan Feronikel dengan kandungan nikel kurang dari 10%, hingga bebas bea ekspor.
“Memang nilai ekspornya tinggi, tetapi keuntungan yang diperoleh sebagian besar masuk ke negara asal investor bukan menjadi penerimaan negara kita,” kata dia.
Ledakan Smelter Morowali PT ITSS
Dari laporan ITSS, kejadian bermula pada Minggu (24/12) pukul 06.15 WITA. Tungku feronikel nomor 41 masih ditutup karena menjalani proses pemeliharaan.
"Saat proses perbaikan, terdapat sisa slag dalam tungku yang keluar lalu bersentuhan dengan barang yang mudah terbakar di lokasi," kata Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan di Palu, Sulawesi Tengah, (24/12) dikutip dari Antara.
Ikatan dinding tungku yang runtuh dan sisa besi mengalir keluar sehingga menyebabkan kebakaran. Akibatnya, pekerja mengalami luka hingga berujung jatuhnya korban jiwa. Dari laporan perusahaan, korban terluka umumnya akibat terkena uap panas dari tungku smelter.
PT IMIP telah menerbangkan jenazah korban ke kampung halaman mereka masing-masing. Perusahaan tersebut juga menyatakan akan menanggung seluruh biaya perawatan dan memenuhi hak para korban termasuk kenyamanan emosional kepada keluarga korban.