Bawa Investasi Rp250 Triliun, Ini Daftar Proyek Migas ENI di Indonesia
Kementerian ESDM mengumumkan perusahaan migas asal Italia, ENI akan membawa investasi sebanyak US$ 16 miliar atau Rp 250 triliun ke Indonesia. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan investasi tersebut berupa pengembangan proyek untuk menambah produksi gas.
“ENI kan punya proyek yang pertama ada lapangan Jangkrik. Sekarang untuk mempertahankan produksi eksisting itu mengurangi decline itu dengan memasang kompresor,” kata Dwi saat ditemui di Kementerian ESDM dikutip Selasa (6/2).
Selain proyek Jangkrik, Dwi menyebut ENI juga akan melakukan pengembangan sumur Maha, pengembangan Geng North, serta IDD. “Selanjutnya eksplorasi disana, mereka sekarang melihat potensi yang besar sekitar Geng North dan IDD di Kutai Basin. Sehingga mereka menyediakan dana,” ujarnya.
Dwi menyebut ENI optimis untuk bisa menemukan cadangan migas baru dan berencana menambah investasi lagi. Selain itu Dwi menyebut ENI juga memiliki rencana jangka pendek untuk memberikan bantuan kepada Indonesia.
“Mereka jangka pendek akan bawa kompor listrik diberikan bantuan ke Indonesia, terus mereka juga membangun fasilitas limbah menjadi energi disini,” ucapnya.
Limbah yang akan mereka olah berasal dari biji-biji karet yang nantinya diolah menjadi energi. Tidak lupa juga, Dwi mengatakan ENI juga memiliki rencana untuk menjajaki proyek CCS/CCUS di Indonesia. “Proyek ini bisa mengantisipasi carbon trading di masa depan,” kata dia.
Rencana Pengembangan ASET ENI di Indonesia
Menurut keterangan resmi ENI, Chief Executive Officer Eni Claudio Descalzi mengilustrasikan rencana pengembangan aset IDD dan pusat produksi Geng North yang akan dibangun di wilayah Kalimantan Timur.
ENI secara khusus menyoroti bagaimana pencapaian-pencapaian ini akan secara signifikan meningkatkan potensi gas di negara ini, juga dengan mempertimbangkan potensi eksplorasi lapangan yang signifikan di blok-blok yang dioperasikan ENI, yang sebagian besar tidak lagi memiliki risiko setelah penemuan Geng North.
Pusat produksi gas baru sebesar 1 Bcfd (miliar kaki kubik per hari) yang akan dibangun di cekungan Kutai utara, serta perluasan dataran tinggi sebesar 750 MMscfd di fasilitas yang ada di Cekungan Kutai selatan.
Pembangunan ini akan memungkinkan Indonesia untuk meningkatkan produksi gas secara signifikan, baik untuk keperluan dalam negeri maupun ekspor.
Proyek-proyek baru ini, bersama dengan pengembangan lapangan East Merakes dan Maha yang sedang berlangsung, akan memberikan dampak positif yang besar terhadap kandungan lokal.
Selain itu juga akan meningkatkan pemanfaatan kapasitas yang tersedia di kilang LNG Bontang, di samping gas yang dibutuhkan untuk konsumsi domestik.
Dalam pertemuan tersebut, Kementerian ESDM dan ENI menandatangani Nota Kesepahaman untuk bekerja sama di bidang transisi energi dan dekarbonisasi. Nota Kesepahaman ini akan memungkinkan ENI untuk mengkaji potensi produksi bahan baku pertanian untuk biorefinery Enilive, terutama dari residu agroindustri dan kehutanan.
ENI juga akan menganalisa pemanfaatan dan penyimpanan karbon dan peluang efisiensi energi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor hulu dan sektor yang sulit dikurangi. Terakhir, ENI akan mengevaluasi proyek-proyek berbasis alam dan teknologi, termasuk memasak bersih, untuk mengimbangi emisi residu.
ENI telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 2001 dan saat ini memiliki portofolio aset yang besar dalam tahap eksplorasi, pengembangan, dan produksi, dengan produksi ekuitas saat ini sekitar 80.000 barel setara minyak per hari dari ladang gas Jangkrik dan Merakes di Kalimantan Timur.