Qatar Tantang AS Jadi Eksportir LNG Terbesar di Dunia

Happy Fajrian
17 April 2024, 18:59
lng, qatar, amerika, as
123RF.com/Artinun Prekmoung
Ilustrasi LNG.
Button AI Summarize

Qatar berencana untuk meningkatkan produksi LNG atau gas alam cair secara signifikan untuk merebut pangsa pasar dari AS yang tengah menghentikan sementara izin ekspor baru. Langkah ini diambil di tengah merosotnya harga LNG di pasar dunia ke level terendah dalam tiga tahun.

Menteri Energi Saad Sherida al-Kaabi, CEO QatarEnergy pada Februari mengumumkan proyek LNG yang akan meningkatkan produksi LNG di Lapangan Utara Qatar bagian timur laut, ladang gas alam terbesar di dunia, yang diperkirakan memiliki 10% cadangan dunia.

Qatar menargetkan dapat menyelesaikan rencana investasi untuk ladang minyak bagian barat pada 2025 atau 2026, dan produksi akan dimulai pada 2030. Dikombinasikan dengan rencana yang telah diumumkan untuk wilayah timur dan selatan ladang minyak tersebut, tambahan kapasitas produksi tahunan akan mencapai sekitar 64 juta ton.

Produksi akan dimulai di wilayah timur pada 2026 dan wilayah selatan pada 2027, dengan kapasitas keseluruhan diperkirakan meningkat hampir 90% dari saat ini 77 juta ton per tahun menjadi 142 juta ton pada 2030.

Langkah Qatar ini berpotensi menekan lebih jauh harga LNG yang saat ini sudah berada di level terendahnya dalam tiga tahun. Harga spot LNG Asia dari LSEG mencapai US$ 8,30 per juta British thermal unit (mmBtu) pada periode Februari-Maret, level terendah sejak April 2021.

Harga tersebut sekitar 90% di bawah harga tertinggi sepanjang masa yang dicatat pada September 2022 dan telah berada di bawah US$ 10 untuk beberapa waktu.

Bulan depan, harga TTF Belanda, yang merupakan patokan gas alam Eropa, juga mencapai level terendah 22 euro (US$ 23,41) per megawatt-jam pada Februari, menyamai level terendah sebelum invasi Rusia ke Ukraina.

Permintaan gas alam telah mereda seiring dengan meredanya upaya untuk menambah stok guna mencegah krisis energi di Eropa di tengah musim dingin yang lebih hangat.

Mengingat harga yang rendah melemahkan profitabilitas proyek gas, produsen umumnya bersikap hati-hati terhadap pengembangan baru.

Yosuke Noguchi, analis pasar LNG dan Timur Tengah di Japan Organization for Metals and Energy Security, menyamakan situasi saat ini dengan tahun 2014, ketika Arab Saudi memimpin OPEC untuk meningkatkan produksi dan menurunkan harga minyak mentah untuk bersaing dengan minyak serpih AS.

“Qatar bertujuan untuk memperluas pangsa pasarnya dengan menurunkan harga secara agresif, kemudian menaikkan harga pada saat pasokan terbatas,” kata Noguchi seperti dikutip dari Nikkei Asia, Rabu (17/4).

Upaya Qatar untuk meningkatkan produksi secara tajam meskipun harga rendah disebabkan oleh fokus strateginya pada jangka menengah dan panjang. Strategi ini tampaknya sebagian berasal dari keinginan untuk bersaing dengan AS, produsen gas alam terbesar di dunia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...