Permintaan Batu Bara Cina Diprediksi Turun Sepertiga pada 2040

Mela Syaharani
24 April 2024, 14:26
pltu, batu bara, cina, perubahan iklim
Katadata/Courtesy of PLN
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Konsumsi batu bara Cina diprediksi turun sepertiga atau sekitar 33% pada 2040. Hal ini terkait target iklim di mana Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan kapasitas pembangkit batu bara global harus dihapuskan pada 2040 untuk mencegah dampak terburuk perubahan iklim.

Para peneliti perusahaan penilai risiko asal Norwegia, DNV, melaporkan bahwa Cina belum akan berhenti menggunakan batu bara pada 2040. Menurut konsultan tersebut, hal ini dapat mengancam target iklim sehingga mereka akan terus menyerukan penghentian penggunaan batu bara secara bertahap pada 2040.

Dalam laporannya DNV bahwa temuannya mengindikasikan konsumsi batu bara Cina (konsumen terbesar di dunia) akan mengalami sedikit kenaikan dalam dua tahun ke depan, lalu turun sepertiganya pada 2040, dan akan mencapai sekitar 25% dari puncaknya pada 2050.

Temuan ini menjelaskan bagaimana pandangan Cina tentang bahan bakar fosil. Hal ini nampak pada September 2023, mantan utusan iklim Xie Zhenhua mengatakan dalam pembicaraan iklim COP28. “Tidak realistis untuk sepenuhnya menghapus energi bahan bakar fosil,” kata Xie dikutip dari Reuters pada Rabu (24/4).

Menurut proyeksi dalam temuan tersebut, Cina akan konsisten menggunakan batu bara meskipun ada peningkatan besar-besaran pada pembangkit listrik terbarukan, yang akan mencapai 88% dari bauran pembangkit listrik Cina pada 2050.

Selain itu, pada tahun lalu Cina menyetujui pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 114 GW atau meningkat 10% dari 2022. Tidak lupa pula sektor besi dan baja yang berada di jalur yang tepat untuk mengambil alih posisi sebagai konsumen batu bara terbesar pada pertengahan abad ini.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dekarbonisasi sektor baja melalui metode-metode baru seperti teknologi tanur busur listrik yang lebih bersih masih tertinggal di Cina.

Laporan tersebut juga mengatakan bahwa konsumsi gas alam di Cina akan tetap menjadi bagian dari bauran energi dengan konsumsi yang hanya turun 2% dari 2022 pada 2050.

Kendati demikian, Cina diprediksi hampir memenuhi target netralitas karbonnya sendiri pada 2060. Hal ini dapat terwujud apabila mereka mempercepat dekarbonisasi di beberapa sektor, terutama manufaktur.

DNV memperkirakan emisi karbon Cina akan mencapai puncaknya pada 2026, jauh sebelum target resmi untuk emisi pemanasan iklim mencapai puncaknya pada 2030. Namun waktu ini akan lebih lambat dari perkiraan Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih bahwa emisi di Cina dapat mengalami penurunan secara terstruktur pada 2024.

Laporan DNV menulis, total permintaan energi Cina yang telah tumbuh sekitar 3% per tahun, terlihat melambat selama sisa dekade ini. Permintaan tersebut akan mencapai puncaknya pada 2030 dan kemudian turun 20% lagi pada 2050.

Sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia, Cina siap untuk menghentikan penggunaan minyak lebih cepat daripada batu bara, sebab hal ini didorong oleh elektrifikasi.

DNV melihat, permintaan minyak di sektor jalan raya Cina turun 94% pada 2050. Hal ini menandakan sebuah transisi yang lebih cepat dari perkiraan perusahaan minyak Cina. Mereka memproyeksi permintaan bensin baru akan berkurang separuhnya pada 2045.

“Total konsumsi minyak akan berkurang separuhnya pada 2050 dari puncaknya pada 2027, dengan 84% di antaranya masih dipenuhi oleh impor,” kata DNV.

Kendati demikian, pangsa minyak dalam permintaan energi penerbangan akan turun dari 99,6% pada 2022 menjadi 59% pada 2050 seiring dengan meningkatnya penggunaan bahan bakar alternatif seperti bioenergi dan bahan bakar elektronik.

"Transisi yang lebih cepat net zero emission pada 2050, membuat banyak migas digantikan oleh energi terbarukan yang diproduksi di dalam negeri. Sumber energi migas juga dapat digantikan oleh nuklir sehingga secara signifikan akan meningkatkan kemandirian energi," tulis laporan tersebut.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...