Harga Minyak Naik Sentuh US$ 86 per Barel Didorong Dua Sentimen
Harga minyak terus menunjukkan tren peningkatan di tengah ekspektasi meningkatnya permintaan bahan bakar di musim panas ini dan kemungkinan penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Minyak kini menyentuh level tertingginya sejak April atau dalam dua bulan terakhir. Brent diperdagangkan di level US$ 86,80 per barel setelah naik 1,9% pada sehari sebelumnya, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) di level US$ 83,51 per barel setelah sebelumnya naik 2,3%.
Permintaan bensin di AS, konsumen minyak terbesar di dunia, diperkirakan akan meningkat seiring dengan dimulainya musim perjalanan musim panas bersamaan dengan libur Hari Kemerdekaan Amerika pada minggu ini.
American Automobile Association memperkirakan bahwa perjalanan selama periode liburan akan meningkat 5,2% dibandingkan 2023, dengan perjalanan mobil saja 4,8% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
“Hal ini dapat membantu pemulihan permintaan bensin setelah paruh pertama tahun 2024 yang lesu,” tulis analis ANZ dalam sebuah catatan seperti dikutip Reuters, Selasa (2/7).
Di sisi pasokan, pasar merencanakan kemungkinan gangguan akibat Badai Beryl pada penyulingan minyak dan produksi lepas pantai AS. Namun, perkiraan saat ini menunjukkan, badai tersebut kemungkinan besar akan bergerak ke Teluk Campeche di Meksiko dan menyebabkan masalah bagi produksi minyak di sana.
Badai Beryl melanda Karibia sebagai badai kategori 4 pada hari Senin dengan peringatan dari Pusat Badai Nasional AS mengenai “situasi yang sangat berbahaya” setelah badai tersebut melompat dari badai kategori 1 dalam waktu 10 jam.
Tanda-tanda meredanya inflasi di AS memperbarui harapan bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunganya, kemungkinan pada bulan September.
Sebuah laporan pada hari Senin menunjukkan aktivitas manufaktur AS mengalami kontraksi selama tiga bulan, dan harga yang dibayar produsen untuk sejumlah input turun ke level terendah dalam enam bulan.
Seiring dengan laporan Departemen Perdagangan pada hari Jumat yang menunjukkan data inflasi AS tidak berubah pada bulan Mei, hal ini dapat memperkuat alasan untuk menurunkan suku bunga AS, sebuah langkah yang akan meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.
Tanda-tanda meredanya inflasi di AS memperbarui harapan bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunganya, kemungkinan pada bulan September.
Sebuah laporan pada hari Senin menunjukkan aktivitas manufaktur AS mengalami kontraksi selama tiga bulan, dan harga yang dibayar produsen untuk sejumlah input turun ke level terendah dalam enam bulan.
Seiring dengan laporan Departemen Perdagangan pada hari Jumat yang menunjukkan data inflasi AS tidak berubah pada bulan Mei, hal ini dapat memperkuat alasan untuk menurunkan suku bunga AS, sebuah langkah yang akan meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.