Kekhawatiran Permintaan Cina Melemah Tekan Harga Minyak, Brent Dekati US$ 80

Happy Fajrian
25 Juli 2024, 16:13
harga minyak
ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY
Foto udara Pusat Pengumpul Produksi (PPP) Pertamina EP Prabumulih Field, Sumatera Selatan.
Button AI Summarize

Harga minyak turun pada perdagangan Kamis (25/7) seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terkait potensi pelemahan permintaan Cina serta ekspektasi kesepakatan gencatan senjata di Gaza, Palestina yang semakin mendekati kenyataan.

Minyak mentah Brent untuk kontrak September turun 59 sen atau 0,7% menjadi US$ 81,12 per barel, sedangkan minyak mentah Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) turun 0,8% menjadi US$ 76,98.

Harga berbalik turun setelah sempat naik pada Rabu (24/7) yang didorong oleh turunnya persediaan minyak mentah AS sebesar 3,7 juta barel sepanjang pekan lalu, jauh di atas perkiraan analis yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 1,6 juta barel.

Sementara itu persediaan bensin AS merosot sebesar 5,6 juta barel, jauh di atas perkiraan analis sebesar 400 ribu barel, dan persediaan minyak sulingan turun sebesar 2,8 juta barel di atas proyeksi peningkatan sebesar 250 ribu barel.

“Meskipun terjadi penurunan stok minyak mentah dan bensin AS, investor tetap waspada terhadap melemahnya permintaan di Cina. Ekspektasi kemajuan perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas menambah tekanan,” kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, unit Nissan Securities, dikutip dari Reuters.

Tahun ini, impor minyak dan operasi kilang di Cina mengalami tren lebih rendah dibandingkan tahun 2023 karena melemahnya permintaan bahan bakar di tengah pertumbuhan ekonomi yang lamban menurut data resmi pemerintah.

“Pasar saham AS yang merosot juga mengurangi selera risiko para pedagang,” kata Kikukawa menambahkan. Ketiga indeks utama di Wall Street berakhir lebih rendah pada hari Rabu.

Di Timur Tengah, upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata guna mengakhiri perang di Jalur Gaza antara Israel dan kelompok militan Hamas berdasarkan rencana yang digariskan oleh Presiden AS Joe Biden dan dimediasi oleh Mesir dan Qatar telah mendapatkan momentum selama bulan lalu.

Pada Rabu (24/7), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat garis besar rencana untuk "deradikalisasi" Gaza pascaperang dalam pidatonya di Kongres AS dan memuji potensi aliansi masa depan antara Israel dan sekutu Arab Amerika.

“Jika pembicaraan gencatan senjata Timur Tengah berlanjut, ekuitas AS terus merosot, dan ekonomi Tiongkok tetap lesu, harga minyak bisa turun ke level awal Juni,” kata Satoru Yoshida, analis komoditas di Rakuten Securities.

Selain itu, tidak ada kejelasan tentang pemotongan suku bunga AS, kata analis Phillip Nova Priyanka Sachdeva, yang tidak mengharapkan permintaan yang kuat mengingat pemulihan ekonomi Cina buruk.

Federal Reserve AS diperkirakan akan memangkas suku bunga hanya dua kali tahun ini, pada bulan September dan Desember, menurut jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom, karena permintaan konsumen AS yang kuat memerlukan pendekatan yang hati-hati meskipun inflasi mereda.

Suku bunga yang lebih rendah akan memacu pertumbuhan ekonomi, yang mengarah pada lebih banyak konsumsi minyak.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...