Pemerintah Kaji Produksi BBM Solar Rendah Sulfur
Pemerintah akan menugaskan PT Pertamina untuk membuat kajian produksi bahan bakar minyak (BBM) baru jenis gasoil atau solar. Arahan tersebut bertujuan untuk menciptakan BBM rendah sulfur sekaligus upaya mengurangi polusi udara.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Pertamina harus memiliki produk BBM rendah sulfur dalam waktu dekat. Dia mengatakan pemerintah sedang mematangkan strategi dan peta jalan acuan produksi BBM rendah sulfur.
"Kan memang produk BBM-nya harus rendah sulfur. Ini masih dikaji bagaimana kita bisa menerapkan BBM rendah sulfur," kata Arifin di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu (31/7).
Eks Direktur Utama PT Pupuk Indonesia itu memberikan sinyal kajian akan dilakukan pada BBM jenis Solar yang saat ini memiliki sulfur tinggi. Hadirnya BBM rendah sulfur akan menjadi tawaran alternatif kepada konsumen BBM Pertamina.
"Ini nanti kami lihat lagi, masih dikaji," ujar Arifin.
Meski telah memberikan informasi terkait rencana untuk menerbitkan BBM jenis terbaru, Arifin enggan memberi informasi lanjutan kapan BBM tersebut dirilis. Dia juga tidak menegaskan BBM baru itu akan masuk dalam kategori subsidi atau non subsidi.
"(Subsidi atau non subsidi) ya ini lagi dibahas lah," kata Arifin.
Pernyataan Arifin itu kontras dengan apa yang pernah diucapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut menepis kabar terkait adanya rencana Pertamina untuk memproduksi BBM jenis baru dalam waktu dekat ini.
Dia menyebut pemerintah hanya memberi tugas kepada Pertamina untuk menaikkan standar bagi seluruh BBM perseroan. "Tidak ada BBM baru, masih sama. Tapi dengan kualitas yang lebih bagus, Euro 4 dan Euro 5. Pemerintah mau ke standar itu," kata Luhut saat ditemui seusai peluncuran layanan Golden Visa di Hotel The Ritz-Carlton Jakarta pada Kamis (25/7).
Penerapan standar Euro diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari polusi udara terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Luhut mengatakan kualitas BBM Pertamina saat ini masih memiliki kandungan sulfur tinggi 500 parts per million (ppm).
Adapun kandungan sulfur dalam BBM dengan kadar 500 ppm mengacu pada standar emisi Euro 2. "Pemerintah mau menurunkan itu, sampai low sulfur," ujar Luhut.
Luhut mengatakan peningkatan kualitas BBM akan terintegrasi dengan kebijakan kenaikan harga secara berkala, sehingga kenaikan tersebut tidak terlalu dirasakan atau disadari oleh konsumen.
"Pikiran pemerintah, kalau pun nanti ada perbaikan kualitas, bisa saja kenaikannya Rp 10 atau Rp 20 overtime, jadi tidak terasa," kata Luhut.