Pertamina Berpotensi Tambah Produksi LPG 400.000 Ton/Tahun dari Sumur Geng North
Kementerian ESDM mengatakan PT Badak LNG, subholding Pertamina, berpotensi mengantongi tambahan produksi LPG (Liquified Petroleum Gas) dari gas yang dihasilkan sumur Geng North di Kalimantan Timur.
“LPG-nya bisa 400 ribu ton per tahun,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam kunjungan kerjanya ke kantor PT Badak LNG di Bontang, Kalimantan Timur pada Selasa (13/8).
Arifin menyebut produksi LPG dari Geng North ini dapat mengurangi beban Indonesia sebagai importir LPG. “Jumlah pengurangan impornya bisa dihitung dari 400 ribu ton per tahun dikalikan US$ 550 dolar,” ujarnya.
Untuk diketahui, nominal US$ 550 dolar merupakan harga beli LPG per ton. Oleh sebab itu, jika Geng North bisa produksi maka Indonesia bisa menghemat impor LPG Rp 3,4 triliun per tahun.
Geng North merupakan sebuah sumur eksplorasi di wilayah kerja (WK) North Ganal yang mengandung cadangan gas di lokasi dengan perkiraan awal mencapai 5 triliun kaki kubik (TCF) serta kandungan kondensat sebanyak 400 MBBLS. Temuan ini dilaporkan oleh ENI pada Oktober 2023.
Ditemui terpisah, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan Geng North merupakan sumber gas yang sangat kaya akan kandungan zat C3 dan C4 yang digunakan sebagai bahan baku produksi LPG.
“Potensi LPG nya cukup besar mencapai 5% dari setiap produksi gas 1000 mmscfd,” kata Dwi saat ditemui Katadata.co.id di Bontang, Kalimantan Timur.
Sebelumnya, Kementerian ESDM menyebut produksi gas dalam negeri belum mencukupi kebutuhan LPG saat ini. Indonesia hanya dapat memproduksi 1,2 juta ton LPG per tahun, sedangkan kebutuhannya mencapai 8 juta ton per tahun.
"Jadi 6,7 juta hingga 6,8 juta ton LPG masih impor. Ini besar sekali, sampai 77% dari kebutuhan," ujar Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji awal tahun ini, Kamis (11/1). “Kami banyak gagasan untuk menekan impor LPG, tapi masih digodok.”
Sebagai informasi, pemerintah tahun ini menetapkan kuota LPG 3 kg sebanyak 8,03 juta ton. Jumlah ini mengalami kenaikan 0,03 juta ton dari kuota 2023 yang hanya mencapai 8 juta ton.
Dalam realisasinya, Kementerian ESDM mencatat kuota elpiji bersubsidi itu mengalami pembengkakan menjadi 8,07 juta ton di sepanjang 2023.
Reaktivasi Kilang Bontang
Untuk bisa memproduksi 400 ribu ton per tahun LPG dari Geng North, pemerintah perlu mengaktifkan kembali Kilang Bontang.
Kementerian ESDM telah meminta PT Badak LNG untuk mempercepat proses reaktivasi kilang F yang akan digunakan untuk menampung hasil produksi gas dari sumur Geng North yang digarap oleh perusahaan migas Italia, ENI.
“Geng North merupakan temuan yang proses pengembangannya cepat, dan kita harus bisa mengimbangi. Kalau perlu pakai jurus Palugada, apa yang mereka mau kita ada,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Arifin menekankan perlunya kecepatan dalam reaktivasi kilang karena produksi Geng North dan kemampuan Kilang Badak berperan besar untuk ketahanan energi nasional. “Ini juga bisa digunakan untuk program mengurangi emisi karbon atau carbon reduction,” ujarnya.
Kilang F ini memasuki tahap komisioning pada 1993 dan terakhir beroperasi pada 2020. “Nanti gas ini juga akan dipakai untuk ketahanan pangan. Jadi kami dorong sekali,” ucapnya.
Selain reaktivasi kilang, Arifin juga meminta PT Badak LNG untuk bisa melakukan asesmen untuk kilang F. Agar memastikan program reaktivasi ini betul-betul terukur dan menghindari kemunduran penyelesaian proyek dari target yang ditentukan.
“Saat ini memang masih ada waktu, hanya saja jangan sampai kilang ini tidur. Makanya tetap pakai target reaktivasi pada 2027,” kata dia.