Kapal Terapung Marlin Natuna Medco Rampung, Siap Tampung Minyak Proyek Forel
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Medco E&P Natuna Ltd menyatakan pembangunan fasilitas produksi dan penyimpanan migas terapung atau floating production storage and offloading Marlin Natuna telah rampung. FPSO dari konversi kapal tanker tersebut kini siap berlayar.
“FPSO Marlin Natuna adalah bagian dari Proyek Forel dan Bronang di Blok South Natuna,” kata Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Widodo Djasmari dalam telekonferensinya siang tadi. Fasilitas terapung tersebut nantinya digunakan untuk menampung minyak dari Proyek Forel di Natuna, Kepulauan Riau, sebanyak 10 ribu barel per hari (BOPD).
Direktur Utama Medco E&P Ronald Gunawan mengatakan capaian ini menjadi bukti komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pengembangan industri migas Tanah Air. "Ini hasil kerja keras seluruh tim," ucapnya.
Fasilitas Marlin Natuna dapat menyimpan minyak hingga 250 ribu barel minyak per hari. FPSO yang akan berlayar pada November 2024 ini merupakan bagian akhir dari rangkaian Proyek Forel-Bronang. Pembangunannya 80% memakai tingkat komponen dalam negeri atau TKDN.
Acara The Sail Away Ceremony of Indonesia 1st FPSO Conversion Project tersebut juga dihadiri pihak PaxOcean, perusahaan pembangunan, konversi, dan perbaikan aset lepas pantai milik Kuok Group asal Singapura. Chief Executive Officer PaxOcean Tan Thai Yong mengatakan, pembangunan Marlin Natuna melibatkan 1.400 orang, sebanyak 99% adalah warga lokal.
Tentang Proyek Forel-Bronang
SKK Migas sebelumnya menargetkan Proyek Forel-Bronang akan onstream pada Oktober 2024. Kapasitas produksinya mencapai 10 ribu barel minyak per hari dan 43 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, target itu molor dari rencana awal di kuartal keempat 2023. Produksinya terlambat lebih satu tahun karena kendala finansial pembangunan FPSO. "Mereka (Medco E&P) tidak bisa menyelesaikan dengan cepat dan harus di-support oleh Medco sendiri," kata Dwi pada Juni lalu.
Wahju mengatakan, proyek Forel mencakup dua pekerjaan besar. Pertama, pembangunan FPSO Marlin Natuna. Kedua, pembangunan rangkaian fasilitas produksi. Fasilitas produksi tersebut termasuk anjungan di Proyek Forel untuk lima sumur produksi, satu sumur injeksi gas, dan dua sumur tambahan.
Untuk Proyek Bronang, terdapat satu anjungan untuk satu sumur produksi dan dua sumur cadangan. "Berikutnya adalah instalasi pipa bawah laut delapan inci sepanjang 17 kilometer dari wellhead platform Bronang ke Forel dan fasilitas pendukung lainnya," kata Wahju.
Saat ini instalasi pipa bawah laut sudah selesai dan menunggu FPSO Marlin Natuna berlayar di Laut Natuna pada November 2024. Total investasi pengerjaan seluruh Proyek Forel-Bronang membutuhkan dana US$ 236 juta atau sekitar Rp 3,5 triliun.