Perang Dagang Memanas, Harga Minyak Jatuh ke Level Terendah dalam 4 Tahun

Mela Syaharani
9 April 2025, 09:16
harga minyak, perang dagang
Katadata
Ilustrasi. Harga minyak telah jatuh hampir seperlimanya pada tahun ini.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Perang dagang yang semakin memanas menekan harga minyak acuan dunia ke level terendah dalam empat tahun terakhir. Harga minyak acuan Brent merosot 4,2% hingga jatuh mendekati $60 per barel, sedangkan harga minyak West Texas Intermediate turun lima hari berturut-turut.

Penurunan harga minyak terjadi di tengah eskalasi perang dagang akibat aksi saling balas tarif impor antara AS dan Cina. Kondisi ini memicu kekhawatiran terjadinya resesi.

Harga minyak telah jatuh hampir seperlimanya pada tahun ini. Agenda perdagangan agresif Presiden AS Donald Trump telah mengurangi minat pasar terhadap aset berisiko, salah satunya minyak.

Kerugian ini diperparah oleh keputusan organisasi negara pengekspor minyak bumi dan sekutunya atau OPEC+ untuk melonggarkan pembatasan pasokan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Kedua hal ini telah memicu kekhawatiran bahwa pasokan minyak akan melebihi permintaan.

“Eskalasi tarif terus memperburuk prospek pertumbuhan global, meninggalkan risiko penurunan lebih lanjut terhadap permintaan minyak. Tanpa adanya tanda-tanda de-eskalasi, risiko tetap condong ke sisi negatifnya,” kata kepala strategi komoditas di ING Groep NV di Singapura, Warren Patterson dikutip dari Bloomberg pada Rabu (9/4).

Trump terus mendorong penerapan bea masuk yang lebih tinggi untuk 60 mitra dagang yang ia sebut sebagai pelanggar terburuk. Pungutan ini berlaku setelah tengah malam waktu New York. Dia juga menerapkan bea masuk sebesar 104% untuk banyak barang Cina setelah Beijing membalas AS dengan bea masuknya sendiri.

“Dengan asumsi Cina tidak mengumumkan putaran tarif balasan lainnya, maka Brent seharusnya dapat bertahan di atas US$ 60 per barel. Namun, jika kita melihat putaran pembalasan lainnya, maka penurunan lebih rendah hingga US$ 60 tampaknya mungkin terjadi,” kata kepala riset komoditas dan karbon di Westpac Banking Corp,  Robert Rennie.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...