Dirut Timah Ungkap Penyebab Proyek Logam Tanah Jarang Tak Berprogres
Direktur Utama PT Timah Tbk Restu Widiyantoro mengaku, lambatnya perkembangan proyek logam tanah jarang (LTJ) di perusahaan disebabkan oleh masalah teknologi. Penugasan pengembangan LTJ telah diterima BUMN ini lebih dari satu dekade lalu.
“Kami akui progresnya sangat terbatas karena yang memiliki teknologi untuk LTJ hanya ada satu atau dua pihak saja di dunia. Kami sudah mencoba berkomunikasi, berkolaborasi untuk bekerja sama namun hingga hari ini teknologi tersebut belum bisa kami dapatkan,” ujar Restu dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (14/5).
Restu mengharapkan dukungan dari berbagai pihak agar teknologi tersebut bisa didapatkan Timah agar dapat mengolah LTJ. Menurut dia, hanya ada pihak yang menyatakan kesiapan penyediaan alat, bukan memiliki teknologi pengolahan.
“Informasinya, yang memiliki kemampuan untuk mengolah LTJ sampai menjadi bahan campuran nuklir power hanya Cina dan Kazakhstan. Kami akan melakukan riset secepat mungkin untuk berkomunikasi serta membuat MOU dengan mereka,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Operasi TINS Nur Adi Kuncoro mengatakan pihaknya telah berkomunikasi dengan penyuplai teknologi pengolahan LTJ. “Beberapa yang kami lakukan dengan LCM, SRE, SREC, dan Taza Metal untuk terus berdiskusi guna menghasilkan LTJ tersebut,” kata dia,.
Salah satu LTJ yang terdapat dalam wilayah pertambangan Timah adalah pasir monasit. Berdasarkan kajian data perusahaan, menurut dia, terdapat potensi monasit mencapai 25.700 ton di seluruh Bangka Belitung.
“Ini adalah potensi yang perlu kami rincikan lagi agar bisa ditingkatkan menjadi cadangan,” kata Nur.
Nur menjelaskan, pasir monasit mengandung lima jenis LTJ yang terkandung di dalamnya, mulai dari Cerium Oxide, Lanthanum Oxide, Neodymium Oxide, Yttrium Oxide, dan Praseodymium Oxide
“Ini adalah beberapa logam yang memang mempunyai nilai yang cukup signifikan dan ini presentasinya dari 3-35% yang terkandung dari sisi mineral monazite tersebut,” ujarnya.
Adapun Timah saat ini telah melakukan pilot project atau proyek percobaan terkait LTJ di Tanjung Ular, Bangka Barat, Bangka Belitung. Dalam pilot project tersebut, dilakukan revitalisasi agar bisa mendapatkan LTJ yang bisa mempunyai nilai ekonomis.
