Dirut Timah Ungkap Penyebab Proyek Logam Tanah Jarang Tak Berprogres

Mela Syaharani
14 Mei 2025, 15:10
timah, logam tanah jarang
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/tom.
Pekerja melakukan peleburan timah di Divisi Pengolahan dan Peleburan Unit Metalurgi PT Timah Tbk di Mentok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (22/1/2025). Sepanjang tahun 2024 PT Timah Tbk mencatatkan ekspor timah sebesar 91 persen di antaranya ke Singapura 16 persen, Korea Selatan 15 persen, India 11 persen, Jepang 10 persen, Amerika Serikat 9 persen, Belanda 8 persen dan sisanya ke sejumlah negara lainnya.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Direktur Utama PT Timah Tbk Restu Widiyantoro mengaku, lambatnya perkembangan proyek logam tanah jarang (LTJ) di perusahaan disebabkan oleh masalah teknologi. Penugasan pengembangan LTJ telah diterima BUMN ini lebih dari satu dekade lalu.

“Kami akui progresnya sangat terbatas karena yang memiliki teknologi untuk LTJ hanya ada satu atau dua pihak saja di dunia. Kami sudah mencoba berkomunikasi, berkolaborasi untuk bekerja sama namun hingga hari ini teknologi tersebut belum bisa kami dapatkan,” ujar Restu dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (14/5).

Restu mengharapkan dukungan dari berbagai pihak agar teknologi tersebut bisa didapatkan Timah agar dapat mengolah LTJ. Menurut dia, hanya ada pihak yang menyatakan kesiapan penyediaan alat, bukan memiliki teknologi pengolahan.

“Informasinya, yang memiliki kemampuan untuk mengolah LTJ sampai menjadi bahan campuran nuklir power hanya Cina dan Kazakhstan. Kami akan melakukan riset secepat mungkin untuk berkomunikasi serta membuat MOU dengan mereka,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Operasi TINS Nur Adi Kuncoro mengatakan pihaknya telah berkomunikasi dengan penyuplai teknologi pengolahan LTJ. “Beberapa yang kami lakukan dengan LCM, SRE, SREC, dan Taza Metal untuk terus berdiskusi guna menghasilkan LTJ tersebut,” kata dia,.

Salah satu LTJ yang terdapat dalam wilayah pertambangan Timah adalah pasir monasit.  Berdasarkan kajian data perusahaan, menurut dia, terdapat potensi monasit mencapai 25.700 ton di seluruh Bangka Belitung.

“Ini adalah potensi yang perlu kami rincikan lagi agar bisa ditingkatkan menjadi cadangan,” kata Nur.

Nur menjelaskan, pasir monasit mengandung lima jenis LTJ yang terkandung di dalamnya, mulai dari Cerium Oxide, Lanthanum Oxide, Neodymium Oxide, Yttrium Oxide, dan Praseodymium Oxide

“Ini adalah beberapa logam yang memang mempunyai nilai yang cukup signifikan dan ini presentasinya dari 3-35% yang terkandung dari sisi mineral monazite tersebut,” ujarnya.

Adapun Timah saat ini telah melakukan pilot project atau proyek percobaan terkait LTJ di Tanjung Ular, Bangka Barat, Bangka Belitung. Dalam pilot project tersebut, dilakukan revitalisasi agar bisa mendapatkan LTJ yang bisa mempunyai nilai ekonomis. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...