Sederet Kesepakatan Energi RI-Rusia, Ada Soal Nuklir hingga Sumur Migas Tua
Indonesia menjajaki beberapa kerja sama bersama Rusia di bidang energi. Hal ini terungkap dalam pertemuan bilateral Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Konstantinovsky, Kamis (19/6) waktu setempat.
Hubungan kedua negara telah terjalin kuat lewat kolaborasi di sektor energi, mulai dari di minyak dan gas bumi (migas), batubara, ketenagalistrikan, energi baru dan terbarukan (EBT), serta efisiensi energi. Salah satunya, rencana pembangunan kilang minyak dan kompleks petrokimia di Jawa Timur.
Putin mengatakan Indonesia sebagai salah satu mitra dagang paling strategis di kawasan Asia Tenggara. Hal ini mengacu pada nilai total perdagangan kedua negara yang mencapai US$ 4,3 miliar atau Rp 70,5 triliun tahun lalu.
Pada kesempatan yang sama, Prabowo mengatakan hubungan Indonesia dengan Rusia semakin erat setelah pertemuan bilateral kali ini. "Di semua bidang, baik ekonomi, kerjasama teknis, perdagangan, investasi hingga pertanian. Semua telah mengalami peningkatan yang berarti," katanya.
Berikut beberapa kesepakatan Indonesia dan Rusia di bidang energi:
LNG dan Pasokan Minyak
Rusia berminat terlibat dalam pengerjaan proyek eksplorasi dan produksi gas alam cair atau (LNG) hingga pasokan minyak. “Kami mengundang mitra-mitra strategis Rusia untuk terlibat dalam eksplorasi lapangan (migas) baru dan temuan cadangan gas di lepas pantai,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam siaran pers, Jumat (20/6).
Penjajakan kerja sama ini, diharapkan mampu memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Terutama dalam mendongkrak produksi atau lifting minyak migas nasional, serta mewujudkan swasembada energi.
Pemerintah Rusia menawarkan modernisasi infrastruktur migas. Mencakup pemanfaatan teknologi terkini untuk mengoptimalkan sumur yang selama ini dianggap kurang produktif.
"Kami bersedia memodernisasi infrastruktur supaya mendongkrak produksi minyak dari ladang tua," ujar Putin saat konferensi pers.
Pengembangan Nuklir Nonmiliter
Rusia bersedia menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi nuklir nonmiliter. Presiden Putin juga menyinggung potensi kemitraan di bidang lain, termasuk penjelajahan luar angkasa dan kecerdasan buatan atau AI.
"Kami terbuka untuk bekerja sama dengan mitra Indonesia di bidang nuklir. Kami juga berkeinginan merealisasikan proyek nuklir di bidang damai," ucapnya.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi memastikan isu nuklir tidak masuk dalam agenda kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Rusia. “Tidak ada sepertinya topik itu,” kata Eniya saat ditemui di Hotel Langham, Kamis (19/6).
Dalam lawatan tersebut, Prabowo didampingi oleh sejumlah pejabat, namun tidak melibatkan jajaran Direktorat Jenderal EBTKE. “Kalau tidak salah, yang mendampingi Menteri ESDM hanya Dirjen Minerba dan Migas saja,” ujarnya.
Pembangunan Kilang Tuban
Putin pun turut menyinggung pembangunan proyek Grass Root Refinery (GRR) atau Kilang Tuban di Jawa Timur. Pembangunan kilang ini merupakan inisiatif bersama, yang dikerjakan oleh PT Pertamina dengan Rosneft Oil Company, melalui perusahaan patungan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP).
Kilang dengan nilai investasi proyek mencapai US$ 3,8 miliar atau sekitar Rp 54,2 triliun ini akan dibangun dengan kapasitas pengolahan 300 ribu barel per hari dan diperkiraan dapat menghasilkan 30 juta liter bahan bakar minyak (BBM) per hari untuk jenis gasoline dan diesel.
Garap Sumur Migas Tua
Putin juga menawarkan kerja sama investasi untuk meningkatkan produksi ladang minyak yang sudah tua atau mature fields. "Kami bersedia untuk ikut serta dalam proyek baru di lepas landas Indonesia dan modernisasi infrastruktur supaya mendongkrak produksi minyak dari ladang tua," ujar Putin.
Terkait hal ini, Kementerian ESDM mengatakan pengerjaan sumur tua merupakan menjadi stimulus dari pemerintah bagi para investor migas. Kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang telah memiliki wilayah kerja (WK) migas dapat memberdayakan masyarakat sekitar untuk menjadi mitra secara business to business (B2B).
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 14 Tahun 2025 tentang Kerja Sama Pengelolaan Bagian Wilayah Kerja Untuk Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi. Beleid tersebut mengakomodir sumur-sumur minyak masyarakat menjadi badan usaha seperti koperasi atau badan usaha milik daerah (BUMD), dengan menerapkan praktik pertambangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
