Konsumsi Listrik Melonjak, PLN Cetak Laba Rp 6,64 Triliun di Semester I 2025
PT PLN (Persero) membukukan laba periode berjalan sebesar Rp6,64 triliun sepanjang semester I 2025. Angka ini melonjak 32,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp5 triliun.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebut kinerja positif ini tak lepas dari sinergi lintas lembaga yang menjaga penjualan listrik tetap tumbuh di tengah tekanan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global.
“Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah dan semua pihak yang terus mendukung PLN. Berkat kolaborasi ini, kami berhasil membukukan kinerja yang solid. Ini juga bukti keberhasilan pemerintah dalam menjaga kestabilan ekonomi, terlihat dari naiknya konsumsi listrik pelanggan,” ujar Darmawan dalam siaran pers, dikutip Jumat (8/8).
Hingga Juni 2025, penjualan listrik PLN mencapai 155,62 Terawatt hour (TWh), naik 4,36% secara tahunan dibandingkan 149,11 TWh pada semester I 2024. Kenaikan konsumsi ini turut mendorong pendapatan perusahaan menjadi Rp281,89 triliun, tumbuh 7,57% dari Rp262,06 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Sektor rumah tangga menjadi kontributor terbesar penjualan listrik, dengan konsumsi 67,14 TWh atau 43,14% dari total penjualan, naik 5,13% YoY.
Sementara sektor industri mencatat pertumbuhan konsumsi 2,66% menjadi 1.165 Gigawatt hour (GWh), didorong permintaan dari industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, serta karet dan plastik.
Penjualan listrik bersih 13,68 TWh hingga Juni 2025
PLN mencatat penjualan listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) mencapai 13,68 TWh hingga Juni 2025. Salah satu produknya adalah Renewable Energy Certificate (REC), instrumen hijau yang memudahkan pelanggan mendapatkan pengakuan internasional atas penggunaan EBT secara transparan dan akuntabel. Harga satu unit REC—setara 1.000 kilowatt hour (kWh) hanya Rp35 ribu.
Darmawan menjelaskan, program REC diluncurkan sejak 2020. Penjualannya tercatat sebesar 308.610 Megawatt hour (MWh) pada 2021, melonjak menjadi 1.762.953 MWh pada 2022.
Kemudian meningkat lebih dari 100% menjadi 3.543.638 MWh pada 2023. Tahun 2024, angkanya kembali naik menjadi 5.382.245 MWh, dan hingga semester I 2025 sudah mencapai 2.689.117 MWh.
Ia meyakini minat pelanggan sektor industri dan bisnis terhadap layanan listrik hijau REC akan terus tumbuh pada periode mendatang.
“Semakin banyak perusahaan, baik dari dalam maupun luar negeri, yang mempercayakan suplai listrik hijaunya melalui REC PLN. Kami optimistis layanan listrik hijau ini akan terus tumbuh,” ujar Darmawan.
Darmawan memaparkan saat ini ada 10 pembangkit PLN yang telah menyuplai listrik hijau untuk pelanggan REC. Kedelapan pembangkit tersebut yakni Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, PLTP Ulubelu, PLTP Lahendong, PLTP Ulumbu, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata, PLTA Bakaru, PLTA Orya Genyem, PLTA Saguling, PLTA Mrica dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Lambur.
Sejumlah pelanggan perusahaan kenamaan seperti PT Cheil Jedang Indonesia, Nike, PT Asahimas Chemical, PT South Pasific Vincose, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, PT Air Liquide Indonesia, PT Smelting, PT Ceria Metalindo Prima, PT Frisian Flag Indonesia, PT Ajinomoto Indonesia, dan PT HM Sampoerna Tbk telah menggunakan listrik hijau milik PLN.
