Investasi Sektor ESDM Naik 24% pada Semester I 2025, Capai Rp 226 Triliun
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat jumlah investasi yang masuk ke sektor ESDM mencapai US$ 13,9 miliar atau Rp 226,31 triliun di sepanjang semester 1 2025. Jumlah ini naik 24,11% dari realisasi periode yang sama di 2024 mencapai US$ 11,2 miliar.
“Ini kebanyakan dari sektor minerba dan migas,” kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers capaian kinerja semester 1 2025, Senin (11/8).
Melansir laporan Kementerian ESDM, investasi migas memang selalu mendominasi untuk sektor ESDM sejak semester 1 2021. Pada semester 1 2025, jumlah investasi migas yang masuk US$ 8,1 miliar, diikuti minerba US$ 3,1 miliar, EBTKE US$ 0,8 miliar, dan listrik US$ 1,9 miliar.
PNBP Sektor ESDM
Selain investasi, Bahlil juga menyebut capaian penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor ESDM. Selama semester 1 2025, jumlah PNBP yang sudah masuk sebanyak Rp 138,8 triliun atau mencapai 54,5% dari target Rp 254,5 triliun.
“Bayangkan kami menyumbang 10-12% dari total target pendapatan negara. Belum kalau bicara pajak, PPh Badan yang bergerak di migas, kontribusi kami mencapai 15,5% dari total pendapatan negara,” katanya.
Menurutnya, ESDM merupakan salah satu kunci bagi negara bisa meraih pendapatan sekaligus menjalankan amanah UUD 1945 pasal 33. Dari jumlah tersebut, sektor migas menyumbang Rp 57,3 triliun, minerba Rp 74,2 triliun, EBTKE 1,09 triliun, dan listrik Rp 6,2 triliun.
“Sekalipun kami tidak meminta tambahan anggaran. Bayangkan di tengah gejolak harga minyak, turunnya harga komoditas tapi kami berusaha untuk mencapai target,” kata dia.
Investasi Hulu Migas Naik Pasca Covid-19
Sebelumnya satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, jumlah investasi yang masuk dari sektor hulu migas sebanyak US$ 7,19 miliar atau Rp 117,23 triliun sepanjang semester I 2025. Angka ini baru mencapai 43,6% dari target APBN yang dipatok US$ 16,5 miliar.
“Outlook-nya mudah-mudahan bisa tercapai sesuai target 2025 atau bahkan lebih, bisa mencapai US$ 16,9 miliar,” kata Kepala SKK Migas Djoko Siswanto dalam konferensi pers, Senin (21/7).
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi mengatakan investasi hulu migas RI mengalami tren kenaikan setelah Pandemi Covid-19. Pada tahun pertama pandemi, investasi hulu migas hanya mencapai US$ 10,5 miliar saja.
Namun, berangsur meningkat setiap tahun hingga mencapai US$ 14,4 miliar atau Rp 231 triliun pada 2024. “Pada 2025 kami menginginkan investasi terus meningkat,” ujar Kurnia.
Peningkatan ini juga didukung oleh perbaikan dari sisi eksplorasi, pada 2019 hanya sebesar US$ 0,6 miliar dan pada 2024 menjadi US$ 1,5 miliar.
Dia menyebut, peningkatan investasi hulu migas didukung oleh perbaikan daya tarik, baik yang berasal dari sisi fiskal, risiko, dan aktivitas di hulu migas.
Dalam paparannya tertulis bahwa investasi hulu migas sangat dipengaruhi oleh harga komoditas, kebijakan pemerintah, teknologi, risiko operasional,dan faktor makro ekonomi.
