Bahlil Klaim Lifting Minyak Sudah Lampaui Target APBN 2025
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan jumlah minyak terangkut (lifting) sudah melampaui target APBN 2025. Tahun ini, pemerintah menargetkan lifting minyak sebanyak 605 ribu barel per hari (bph).
“Alhamdulillah lifting minyak kita sekarang, menurut laporan Kepala SKK Migas dan Dirjen Migas sudah mencapai rata-rata 619 ribu barel per hari, dari September ke Oktober,” kata Bahlil dalam acara Mineral dan Batu Bara Convex 2025, Rabu (15/10).
Sementara itu jumlah rata-rata lifting minyak sepanjang periode Januari hingga 5 Oktober sudah mencapai 605-607 ribu bph.
“Artinya target APBN sudah kita lampaui di 2025,” ujarnya.
Bahlil menyebut pemerintah saat ini sedang mendorong tambahan lifting didapatkan dari produksi sumur masyarakat. Menurutnya hal tersebut mendorong naiknya pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan naiknya lifting minyak nasional.
Target 2026
Kementerian ESDM dan Komisi XII DPR sebelumnya telah menyepakati penetapan target lifting migas Indonesia pada 2026 sebanyak 1.594 ribu barel setara minyak per hari (boepd). Terdiri atas target lifting minyak sebesar 610 ribu barel per hari (bph) dan lifting gas 974,8 ribu boepd.
Bahlil mengatakan penetapan target ini melihat perkembangan kinerja lifting migas tahun ini. “Karena di 2025 kita canangkan 605 ribu bph (minyak) Insya Allah tercapai, sekalipun sekarang ada beberapa gangguan pipa dan kebakaran tapi kami sedang melakukan percepatan,” kata Bahlil dalam rapat kerja bersama Komisi XII DPR pada Rabu (27/8).
Selain target lifting, pemerintah juga menyepakati penetapan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$ 70 per barel. Ketetapan ini diambil setelah mengamati perkembangan harga minyak dunia dan mencermati informasi dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, dan negara penghasil minyak lainnya.
“Kami berkesimpulan bahwa ICP kita di 2026 itu sebesar US$ 70 per barel,” ujarnya.
Bahlil juga menyampaikan bahwa penetapan cost recovery tahun depan ditetapkan sebesar US$ 8,5 miliar. Angka ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
