Bahlil: Ada Dua Opsi Investor Asing yang Siap Garap Proyek DME Batu Bara RI
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan saat ini ada dua opsi calon investor penggarap DME. Satu berasal dari Cina, lalu yang kedua adalah investor gabungan antara Korea Selatan dan Eropa.
Namun demikian, hingga saat ini belum ada keputusan final terkait investor mana yang akan menggarap proyek hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME). Proyek ini ditargetkan mulai berjalan lagi pada 2026.
“Kami belum finalkan (investor) DME, sekarang kami sedang lakukan studi kelayakan (FS) dengan teknologinya,” kata Bahlil saat ditemui usai acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Selasa (28/10).
Bahlil menjelaskan meskipun belum ada investor, rencana proyek ini tidak menghadapi masalah. Sebab, bahan baku hilirisasi menjadi DME adalah batu bara dengan nilai kalori rendah yang jumlah cadangannya banyak di Indonesia.
“Teknologinya sekarang sudah jauh lebih efisien, semakin lama teknologi juga berinovasi jadi lebih baik,” ucapnya.
Proyek DME ini termasuk dalam salah satu dari 18 Proyek Prioritas yang diserahkan Dokumen Pra Studi Kelayakan (FS) ke Danantara pada beberapa bulan lalu. Secara rinci, 18 proyek tersebut terdiri atas 8 proyek hilirisasi mineral dan batubara, 2 proyek transisi energi, 2 proyek ketahanan energi, 3 proyek hilirisasi pertanian, serta 3 proyek hilirisasi kelautan dan perikanan.
Di sektor hilirisasi minerba, 6 proyek di antaranya merupakan hilirisasi batu bara senilai Rp 164 triliun. Rencananya keenam proyek ini akan berada di Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru, Muara Enim, Pali, Banyuasin.
Investor Cina
Peluang pemilihan investor Cina sebelumnya pernah diungkapkan. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Tri Winarno mengatakan Indonesia segera memulai proyek hilirisasi batu bara menjadi DME dengan perusahaan asal Cina.
“Mungkin dalam waktu yang tidak terlalu lama kami akan memulai untuk DME dan itu menggunakan batu bara kualitas rendah,” kata Tri dalam acara Energi dan Mineral Festival 2025, Kamis (31/7).
Tri belum mau merinci siapa perusahaan yang akan memulai proyek DME ini. Menurutnya hal ini akan terungkap ketika seluruh aspek sudah terperinci, maka publik lambat laun akan mengetahui perusahaan mana yang dimaksud.
Dia mengatakan sebetulnya ada banyak perusahaan yang mengajukan untuk pengembangan DME di Indonesia, namun pemerintah akhirnya memutuskan memilih perusahaan Cina ini karena paling logis.
