Pemerintah Janji Tidak Akan Kurangi Ekspor CPO Demi Capai Target B50

Andi M. Arief
12 November 2025, 07:22
cpo, b50, esdm
ANTARA FOTO/Akbar Tado/nz.
Pekerja menyusun tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di atas truk di Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Rabu (29/10/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM mengatakan program mandatori B50 tidak akan mengurangi volume ekspor minyak sawit mentah. Karena itu, pencampuran 50% CPO kepada solar hanya akan dilakukan pada bahan bakar bersubsidi.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan pihaknya masih melakukan kajian skenario implementasi mandatori B50. Hal tersebut penting lantaran kapasitas produksi CPO tidak bisa langsung naik pada tahun depan.

"Jadi, implementasi B50 akan berjalan dari volume CPO yang ada saja. Tidak mungkin implementasi B50 mengurangi alokasi ekspor CPO, karena ekspor merupakan darah bagi program biodiesel," kata Eniya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (11/11).

Seperti diketahui, harga CPO saat ini lebih tinggi dari solar yang membuat nilai keekonomian biodiesel cukup tinggi. Alhasil, pemerintah menutupi selisih tersebut dengan menetapkan pungutan ekspor pada eksportir CPO dan turunannya melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan.

Eniya mengatakan, keberlanjutan program biodiesel nasional bergantung pada performa ekspor CPO. Adapun, harga biodiesel yang mendapatkan intervensi oleh pemerintah ditujukan untuk program Kewajiban Pelayanan Publik atau PSO.

Karena itu, Eniya mengatakan mandatory B50 akan diterapkan pada program PSO. Dia mengatakan, B50 akan digunakan oleh transportasi umum dan biodiesel bersubsidi.

Pemerintah juga berencana mengurangi persentase program PSO dalam mandatory B50 dari 50% pada kewajiban B40 menjadi 46%. ESDM juga membuka opsi penurunan campuran CPO untuk biodiesel yang dilepas ke mekanisme pasar.

"Prediksi saya,  B50 untuk program PSO akan disesuaikan karena akan ada peningkatan produksi solar di dalam negeri. Namun pelaksanaan mandatori B50 tahun depan hanya akan menggunakan volume CPO yang tersedia di dalam negeri," ujarnya.

Saat ini pemerintah tengah melakukan uji coba terhadap B50. Eniya mengatakan formula yang akan digunakan dalam uji jalan atau road test adalah minyak sawit. Sebab, penggunaan CPO 100% memiliki tingkat keekonomian yang lebih kompetitif.

Dia mengatakan ada tiga formula yang diuji terkait pelaksanaan program B50. Adapun dua formula lainnya adalah campuran antara CPO dan Hydrotreated Vegetable Oil atau HVO.

"Hasil B50 dengan campuran CPO dan HVO memang lebih bagus untuk mesin, tapi harga B50 hasil campuran tersebut lebih mahal. Sebab, harga HVO dua kali lipat dari harga CPO," kata Eniya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman memastikan implementasi program kewajiban atau mandatory B50 tidak akan mengganggu stabilitas program biodiesel di dalam negeri. Menurutnya, program ini akan mendongkrak performa ekspor yang akhirnya menjaga nilai subsidi biodiesel di dalam negeri.

Program mandatori B50 tahun depan rencananya menyerap 5,3 juta ton minyak sawit mentah dari pasar ekspor untuk digunakan di dalam negeri. "Saat pasokan global berkurang, harga CPO (minyak sawit mentah) akan naik yang bisa menambah devisa antara 20% sampai 30%," kata Amran di kantornya, Jakarta, Jumat (7/11).

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...