Amankan Pasokan Nataru, Pertamina Buka Opsi Impor Pertalite dari Amerika Serikat
Pertamina Patra Niaga berencana menambah stok bahan bakar minyak (BBM) Pertalite sebanyak 1,4 juta kiloliter. Hal ini dilakukan untuk mengamankan pasokan BBM periode Nataru 2026.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun mengatakan tambahan stok ini akan dipenuhi dari produksi kilang dalam negeri dan impor. Dia menyebut impor memang perlu dilakukan sebab kapasitas produksi domestik saat ini belum bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Menurut Roberth, impor disini berfungsi sebagai penyeimbang.
“Impornya nanti akan dilakukan secara bertahap, prosesnya juga hampir mirip dengan proses yang dilakukan secara umum. Pemenuhan impor akan dilakukan sesuai dengan spesifikasi dan sesuai prosedur pengadaan,” kata Robeth dalam media briefing, Rabu (26/11).
Dia menyampaikan saat ini jumlah ketahanan pasokan Pertalite sebanyak 17 hari, namun Pertamina ingin meningkatkannya menjadi 21 hari. Roberth tidak menyebutkan berapa tambahan persentase impor yang akan dilakukan, menurutnya angka ini baru bisa dipastikan saat negosiasi impor sudah berjalan.
Roberth mengatakan impor untuk pengadaan Pertalite ini dilakukan dari berbagai negara. “Macam-macam, pasar impor kami kan berdasarkan kebijakan pemerintah. Saat ini sudah ada (ketentuan) untuk menyerap dari Amerika Serikat (AS) sekitar 40%. Kemudian selebihnya dilakukan melalui pemasok dari lokasi lain,” ujarnya.
Meski perlu impor, Roberth memastikan ketersedian BBM Pertalite pada periode Nataru ini tidak perlu dikhawatirkan. Pertamina telah menyiapkan pasokannya sesuai kebutuhan.
“Jadi saya pikir untuk ketersediaan Pertalite seperti sudah disampaikan tadi, tidak ada masalah,” ucapnya.
Keamanan stok ini juga terlihat dari realisasi konsumsi Pertalite yang masih di bawah target. Roberth menyebut hingga saat ini jumlahnya masih 1-5% lebih rendah dibandingkan ambang batas yang ditetapkan.
Impor dari AS
PT Pertamina (Persero) sebelumnya mengatakan pembelian komoditas minyak dan gas bumi dari AS masih dalam proses dan menunggu Perpres terbit. Hal ini merupakan salah satu rangkaian kesepakatan negosiasi tarif resiprokal 19% yang ditetapkan AS kepada Indonesia.
“Kami masih menunggu peraturan (dari pemerintah),” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri saat ditemui di DPR RI, Rabu (19/11).
Simon menyebut dengan adanya rencana impor ini perusahaan akan menyiapkan seluruh kilang mereka (untuk mengolah). Pertamina saat ini mengelola 6 kilang dengan total kapasitas terpasang sebanyak 1,15 juta barel per hari. Keenam kilang ini berfungsi untuk menyuplai 60-70% kebutuhan BBM nasional.
“Yang terpenting kami siapkan semua kemungkinan,” ujarnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia juga menyampaikan pengiriman minyak mentah maupun BBM dari AS akan mulai berlangsung pada Desember tahun ini.
"Kalau LPG kan sudah berjalan, kemudian minyak kemungkinan besar di Desember ini sudah bisa ada yang start dari sana (AS)," kata Bahlil di Istana Merdeka Jakarta pada Selasa (18/11).
Pemerintah berencana menambah volume impor minyak mentah dari AS hingga 40% dari total kebutuhan dalam negeri. Menurut Bahlil, Indonesia baru membeli minyak mentah dari AS sekitar 4% untuk pemenuhan domestik.
Ia menambahkan, pemerintah tidak akan menambah kuota impor nasional. Peningkatan impor produk petroleum dari Amerika Serikat dilakukan dengan mengalihkan kuota impor dari negara lain.
