Efek Pandemi Covid-19, Industri Plastik Diperkirakan Hanya Tumbuh 4%
Adanya pandemi virus corona atau Covid-19, industri plastik memperkirakan pertumbahan bisnis hanya mampu bergerak di kisaran 4%. Saat ini, penjualan industri plastik masih ditopang oleh produk plastik kemasan makanan olahan.
Direktur Pengembangan Bisnis Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Budi Susanto Sadiman mengatakan, dalam keadaan normal konsumsi plastik mampu mencapai enam juta ton per tahun. Namun, di tengah pandemi Covid-19 ini produksinya maksimal hanya 30%.
"Plastik sangat dekat dengan industri makanan minuman dan kebutuhan pokok, jadi kalau pertumbuhan ekonomi 1% pertumbuhan konsumsi plastik mungkin bisa 3% atau 4%. Konsumsi plastik kan tidak bisa dibatasi sedangkan makanan olahan bisa tahan lama karena dikemas dengan plastik," kata dia kepada Katadata.co.id, Rabu (15/4).
Menurut dia, melemahnya pertumbuhan bisnis tertolong oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, kembali pulihnya industri di Tiongkok, membuat permintaan ekspor kian meningkat.
Kondisi industri plastik makin diuntungkan dengan turunnya harga minyak dunia, yang merupakan salah satu bahan baku produksi plastik.
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 07.10 WIB Rabu (15/4), harga minyak Brent untuk kontrak Juni 2020 tercatat turun 6,74% menjadi US$ 29,60 per barel. Sedangkan, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Mei 2020 berada di level US$ 20,85 per barel.
(Baca: Permintaan Turun Akibat Corona, Utilisasi Industri Plastik Anjlok 70%)
"Kan plastik bahan bakunya minyak, sekarang harganya turun drastis. Untuk ekspornya kalau rupiah menurun justru harga akan jadi lebih kompetitif," kata dia.
Adapun, permintaan ekspor plastik saat ini didominasi oleh Tiongkok, yang industrinya sudah mulai pulih. Permintaan plastik dari Tiongkok yang mulai pulih dan salah satu pemasok yang dilirik adalah Indonesia.
Budi juga menyayangkan imbauan dari pemerintah terkait penghentian produksi beberapa industri, untuk mencegah penyebaran Covid-19. Hal ini menurutnya kurang pas, karena selama masih ada permintaan maka sebaiknya industri tetap diperbolehkan untuk produksi.
Untuk mencegah penyebaran Covid-19, tinggal bagaimana pemerintah mengawasi perusahaan untuk mematuhi protokol kesehatan, seperti jaga jarak, penggunaan masker dan memastikan tempat kerja steril.
Meski diperkirakan hanya tumbuh 4% dan memiliki sejumlah tantangan, Budi memperkirakan investasi di sektor petrokima tetap akan tumbuh. Perkiraannya, hingga 2024 investasi yang masuk di sektor petrokimia ini mencapai US$ 15 miliar.
(Baca: Pukulan Dua Arah Virus Corona ke Industri Manufaktur)