Harga Plastik Naik, Industri Makanan dan Minuman Bakal Tertekan
Katadata | Donang Wahyu
Kenaikan tarif bahan baku plastik menyusul meningkatnya harga minyak dunia diperkirakan akan berdampak kepada industri makanan dan minuman. Sebab industri tersebut merupakan salah satu konsumen utama plastik di Indonesia.
"Kenaikan harga plastik akan sangat berdampak terhadap industri makanan dan minuman," kata Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (30/1).
Adhi menilai kenaikan tersebut nantinya berimbas terhadap harga produk makanan dan minuman. Pasalnya, pengemasan menjadi faktor yang cukup mempengaruhi produk makanan dan minuman.
"Rata-rata packaging itu berdampak (terhadap biaya produksi) sekitar 20-30%, tergantung jenis produknya," kata Adhi.
Menurut Adhi, kondisi ini sebenarnya terjadi karena kemasan produk makanan dan minuman di Indonesia masih belum efisien. Karenanya ia berharap kenaikan harga plastik ini dapat segera diatasi agar tak mengganggu industri makanan dan minuman.
"Kami sangat menentang kalau ada kenaikan. Packaging memang sudah sangat tidak efisien," kata dia.
Tanpa mempertimbangkan kenaikan harga kemasan, Gapmmi memperkirakan pertumbuhan industri makanan dan minuman pada 2018 meningkat mencapai 10%. Proyeksi ini meningkat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan industri pada kuartal III/2017 yang sebesar 9,46%.
Pertumbuhan industri ini akan di antaranya akan didorong hajatan pemilihan kepala daerah serentak di 171 wilayah. Menurut Adhi, peredaran uang lazimnya meningkat ketika tahun politik dan biasanya mendorong permintaan makanan dan minuman.
Pertumbuhan industri ini akan di antaranya akan didorong hajatan pemilihan kepala daerah serentak di 171 wilayah. Menurut Adhi, peredaran uang lazimnya meningkat ketika tahun politik dan biasanya mendorong permintaan makanan dan minuman.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik, Olefin & Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar A.D. Budiyono mengatakan, kenaikan harga minyak mentah yang mendekati US$ 70 per barel membuat tarif bahan baku plastik naik sebesar US$ 10-25 per metrik ton.
Harga bahan baku plastik jenis polypropylene pada Januari 2018 sebesar US$ 1.400 per ton, Polyethylene sebesar US$ 1.567 per ton. Kemudian, propylene sebesar US$ 950 per ton dan ethylene sebesar US$ 1.000 per ton.
Menurut Fajar, kenaikan harga ini diprediksi akan terus berlangsung hingga Februari-Maret 2018. Padahal, biasanya siklus harga bahan baku plastik menurun pada rentang bulan tersebut.
Fajar mengatakan, selain harga minyak, kenaikan harga bahan baku dipengaruhi pasokannya yang bergantung dari impor. Bahan baku yang bergantung impor ini kemungkinan akan sedikit sulit dicari karena permintaan Tiongkok terhadap bahan baku plastik sedang tinggi. Sementara pabrik bahan baku plastik di Thailand dan Taiwan mengalami shutdown.
Menurut Fajar, kenaikan harga ini diprediksi akan terus berlangsung hingga Februari-Maret 2018. Padahal, biasanya siklus harga bahan baku plastik menurun pada rentang bulan tersebut.
Fajar mengatakan, selain harga minyak, kenaikan harga bahan baku dipengaruhi pasokannya yang bergantung dari impor. Bahan baku yang bergantung impor ini kemungkinan akan sedikit sulit dicari karena permintaan Tiongkok terhadap bahan baku plastik sedang tinggi. Sementara pabrik bahan baku plastik di Thailand dan Taiwan mengalami shutdown.
Editor: Yuliawati