Krakatau Steel Dilanda Krisis
KATADATA ? PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sedang kesulitan dalam menjalankan bisnisnya. Menurunnya permintaan baja dunia membuat kinerja perusahaan baja negara ini menurun, pengurangan produksi serta melakukan efisiensi. Bahkan perseroan juga akan merumahkan sekitar 1.500 karyawannya.
Manajemen perseroan, mengatakan dampak dari pertumbuhan ekonomi dunia yang masih melambat karena krisis keuangan yang berkepanjangan di negara-negara Eropa, mengakibatkan berkurangnya permintaan dan konsumi baja dunia. Kondisi ini menyebabkan terjadinya kelebihan pasokan produk baja, yang berakibat turunnya harga baja dunia.
?Tren ini telah berlangsung selama 2 tahun terakhir, dan mempengaruhi kinerja Perseroan,? ujar manajemen perseroan dalam keterangannya hari ini.
Berdasarkan laporan keuangan, penjualan perseroan sejak tahun lalu sudah terlihat mengalami penurunan. Penjualan Krakatau Steel pada 2013 tercatat hanya Rp 2,03 triliun, turun 8,9 persen dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 2,28 triliun.
Penurunan penjualan berlanjut tahun ini. Sepanjang semester I tahun ini penjualan Krakatau Steel turun 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Padahal tahun-tahun sebelumnya, masih mengalami pertumbuhan seperti 2011 yang mencapai 23,9 persen dan 2012 sebesar 12,5 persen.
Penurunan kinerja ini akan terus terjadi, apalagi dengan adanya kenaikan tarif dasar listrik, harga gas dan upah pekerja tahun ini. Sehingga mau tidak mau langkah untuk melakukan efisiensi diberbagai bidang dan mengoptimalkan pendapatan non baja akan terus ditingkatkan.
Salah satu langkah yang dilakukan untuk efisiensi adalah dengan melakukan perubahan pola operasi pada area Iron & Steel Making. Perubahan pola operasi ini dapat berakibat pada pengurangan volume pekerjaan pada beberapa bagian yang selama ini dilakukan oleh para vendor rekanan.
Pengurangan volume pekerjaan tersebut dapat mengakibatkan para vendor perseroan akan merumahkan karyawannya. Langkah efisiensi lain yang dilakukan oleh perseroan adalah dengan melakukan perampingan organisasi. Langkah ini meliputi pengurangan jabatan struktural di perusahaan.
?Perseroan memahami implikasi yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan kebijakan ini, akan tetapi dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang lebih besar bagi kinerja korporasi ke depan, langkah ini harus dilakukan.?