Industri Makanan dan Minuman Mulai Pulih saat PSBB Transisi
Pembatasan Sosial Berskala Besar fase transisi telah berlangsung lebih dari satu bulan. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Shinta Kamdani pun mengatakan, kebijakan ini membantu memulihkan aktivitas dunia usaha , terutama pada industri makanan dan minuman.
"Beberapa sektor sudah berangsur pulih khususnya di sektor restoran dan industri makanan dan minuman, " kata Shinta saat dihubungi Katadata, Kamis (23/7). Meski begitu, ia mengatakan kondisi dunia usaha masih jauh dari normal.
Sejak pelonggaran PSBB, sektor makanan dan minuman diperbolehkan beroperasi dengan kapasitas maksimum 50%. Hal ini turut mendorong aktivitas ekonomi pada sektor tersebut.
Selain sektor makanan dan minuman, ekspor di bidang industri pengolahan juga mulai mengalami tren peningkatan. Hal ini menurut Shinta, mengindikasikan industri manufaktur mulai beroperasi kembali.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, total ekspor industri pengolahan pada Juni mencapai US$ 9,66 miliar. Jumlah tersebut meningkat 15,96% secara bulanan dan tumbuh 7,09% secara tahunan.
Sektor lain yang juga membaik adalah otomotif. Penjualan industri otomotif, khususnnya untuk roda dua pun mulai meningkat.
Di sisi lain, jumlah terinfeksi Covid-19 juga terus meningkat seiring dengan pelonggaran PSBB. Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia bertambah 1.906 kasus pada Kamis (23/7) sehingga total kini mencapai 93.657 kasus.
Oleh karena itu, Shinta menilai perlu kerja sama antara pemerintah dan pelaku usaha agar protokol kesehatan Covid-19 dapat diterapkan di lingkungan usaha.
"Ini supaya tidak menimbulkan kluster penularan yang baru," ujar dia.
Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Rachmat Hidayat mengatakan terdapat peningkatan penjualan untuk makanan dan minuman kategori yang biasa dikonsumsi di luar rumah. Namun, peningkatan penjualan tersebut belum kembali pada posisi sebelum pandemi covid-19.
"Contohnya minuman ringan seperti kopi kemasan dan teh siap minum. Ini minuman olahan yang sifatnya leisure," ujar dia.
Di sisi lain, ia juga mengatakan ada peningkatan ekspor makanan dan minuman olahan, seperti teh, kopi, kakao, mi instan, dan roti kaleng. Secara keseluruhan, Gapmmi menmperkirakan industri makanan minuman pada tahun ini hanya akan tumbuh 4%, lebih rendah dari target semula sebesar 9%.
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan industri makanan dan minuman pada kuartal I 2020 sebesar 3,94%. Untuk kuartal II, kinerja industri makanan dan minuman diprediksi terkontraksi.