Penerbangan Terpukul Pandemi, Bisnis Logistik Baru Pulih 2 Tahun Lagi
Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) memperkirakan industri logistik dalam negeri masih membutuhkan waktu panjang pulih dari pandemi corona. Perkiraannya baru tumbuh kembali pada 2022 karena sektor angkutan logistik yang menggunakan pesawat atau airtransport terpukul cukup dalam selama karantina wilayah atau lockdown.
Ketua Umum ALFI, Yukki Hanafi mengatakan, pada kuartal II 2020, pertumbuhan sektor transportasi, pergudangan dan logistik minus 30,84%, turun tajam dibandingkan kuartal I yang masih tumbuh 1,29%.
Pembatasan aktivitas usaha, serta penurunan hampir di seluruh sektor, termasuk industri dan manufatur berdampak cukup parah. Sebab, kinerja sektor logistik selalu mengikuti pergerakkan orang dan barang.
Dia memperkirakan, sektor logistik akan kembali bangkit (robound) pada 2022 untuk pasar domestik, diikuti sektor logistik global pada 2024.
"Kalau kami lihat tahun ini sangat suffering, khususnya di angkutan udara yang sempat menurun lebih dari 83%. Pada saat maskapai transhipment, beberapa negara tujuan juga melakukan lockdown," katanya dalam The 2nd MarkPlus Industry Roundtable Logistics Industry Perspective, Selasa (20/10).
Sehigga, dia memeperkirakan tahun depan sektor ini akan masuk proses pemulihan bersaman dengan sektor pariwisata dan akan kembali normal pada 2022. Sedangkan sektor logistik internasional baru akan normal dua tahun kemudian lantaran memiliki persoalan yang lebih kompleks.
Kendati demikian, Yukki mengingatkan pelaku usaha tetap berinovasi sebagai strategi bertahan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar saat ini. "Logistik juga harus melakukan langkah-langkah mendukung ke arah kesehatan, seperti membuat packaging yang baik, delivery on time dan tentu saja digitalisasi," ujarnya.
Selain itu, Yukki menyatakan salah satu peluang terdekat yang bisa diotimalkan adalah mengembangkan layanan menyasar pasar Asia Tenggara. Ini harus dilakukan pelaku usaha nasional mengingat pada 2025 akan ada skema borderless di antara negara Asean. Sehingga, pasarnya semakin terbuka tapi juga kompetitif.
Tantangan bisnis juga diungkap pelaku industri logistik khusus angkutan darat truk. Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan, pertumbuhan sektor ini turut mengalami kontraksi selama pandemi.
Tercatat, hanya sekitar 40% armada yang beroperasi selama pandemi, dari total sekitar 43 ribu unit truk anggota asosiasi. Salah satu faktor penyebabnya adalah lesunya kegiatan industri manufaktur sebagai konsumen utama logistik truk. Sektor tersebut di awal pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sempat terkontraksi sekitar 50%.
"Padahal industri logistik khusus truk bisa tumbuh 15,2% pada 2019. Dengan kondisi saat ini, kami berupaya masuk ke digital agar bisnis tetap bisa bertahan dan bersaing di masa depan," ujar Gemilang.
Indonesia Economic Forum mengutip laporan Ken Research menyebutkan, tren pendapatan pasar logistik Indonesia semakin meningkat hingga 2024. Pada 2020, pendapatan logistik Indonesia US$ 220,9 miliar dan akan mencapai US$ 300,3 miliar pada 2024.
Pendapatan tersebut termasuk angkutan barang, pergudangan, serta kurir, ekspres, dan parsel. Kemudian juga terdapat nilai. Detailnya bisa dilihat dalam databoks berikut: