Pasokan Australia Pulih, Harga Daging Sapi Diprediksi Turun Akhir 2021
Harga daging sapi terus merangkak naik. Selain karena naiknya permintaan menjelang Lebaran, tingginya harga daging sapi disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari Australia.
Harga rata-rata daging sapi has dalam di Indonesia kini mencapai Rp 125 ribu per kilogram. Bahkan, di DKI Jakarta harganya mencapai Rp 146 ribu per kilogram. Kenaikan harga terjadi bertahap sejak akhir tahun lalu.
Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal BKPM sekaligus Wakil Ketua Red Meat & Cattle Partnership, Riyatno mengatakan, terjadi perlambatan di sektor daging merah dan sapi sepanjang tahun lalu.
Perlambatan di industri ini dikarenakan harga daging sapi yang meningkat tajam karena berkurangnya populasi sapi di Australia. Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh menurunnya permintaan konsumen dan daya beli masyarakat selama pandemi.
Kekeringan jangka panjang dan banjir besar di Australia yang terjadi pada 2020 menjadi penyebab utama dari tertekannya jumlah ternak. Riyatno mengatakan, jumlah ternak Australia pada 2020 menyentuh angka terendah dalam 20 tahun terakhir.
“Ini mengakibatkan penurunan impor sapi hidup dari Australia sekitar 30% pada tahun 2020, sehingga menimbulkan kekhawatiran terkait dengan kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di Indonesia,” kata Riyatno dalam Webinar yang diselenggarakan oleh Red Meat & Cattle Partnership, Rabu (28/4).
Ia mengatakan, pemerintah Indonesia terus berupaya menyediakan pasokan daging sapi yang cukup dengan memperluas pasokan dalam negeri dan juga mencari alternatif impor dari negara selain Australia.
Laporan Status Industri Bersama Indonesia-Australia menyebutkan, pemerintah Indonesia telah membuka impor 80 ribu ton daging kerbau India untuk tahun 2021. Selain itu, pemerintah juga membuka opsi impor 20 ribu ton daging dari Brasil.
“Namun demikian, kami tetap mengharapkan suplai serta harga daging dan sapi hidup Australia kembali stabil dalam waktu dekat, sehingga perdagangan bilateral kembali meningkat,” katanya.
Di pihak lain, para pengusaha feedlot atau penggemukan dan Rumah Potong Hewan (RPH) di Indonesia dan Australia juga tertekan akibat kondisi ini. Selain karena berkurangnya pasokan dan tingginya harga daging dari Australia, pendapatan pengusaha merosot karena daya beli masyarakat yang turun akibat pandemi.
“Ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga. Bahkan beberapa feedlot di tahun 2020 sudah menutup operasi mereka, dan yang masih berjalan pun sudah menurunkan hampir 50% dari kapasitas mereka,” kata Direktur Utama PT Juang Jaya Abadi Alam Adikelana Adiwoso pada kesempatan yang sama.
Simak Databoks berikut:
Sementara, Chris Tinning, Co-chair Partnership dari Australia, mengharapkan bahwa harga sapi bakalan Australia akan menurun pada semester kedua tahun 2021 ini. Hal ini seiring dengan mulai pulihnya tingkat pertumbuhan populasi ternak Australia.
“Kami memperkirakan harga akan berubah pada semester kedua tahun 2021, seiring repopulasi dan kembali stabilnya jumlah kawanan ternak,” ujarnya.