Indonesia-Australia Siap Genjot Perdagangan Meski Terhambat Pandemi

Cahya Puteri Abdi Rabbi
29 September 2021, 15:31
Indonesia, Australia, perdagangan
ANTARA FOTO/Aji Styawan/rwa.
Perajin menyelesaikan tas anyaman kulit di rumah produksi Rorokènes di Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (21/5/2021). Berbagai bentuk tas anyaman berbahan kulit sapi, kambing dan domba yang diproduksi itu telah menembus pasar internasional seperti Benua Asia, Eropa, Amerika, Australia hingga ke Timur Tengah dengan harga jual antara sekitar Rp1 juta hingga Rp3 juta per unit tergantung jenis kulit serta tingkat kesulitan pembuatannya.

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, pemanfaatan perjanjian bilateral Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) masih terhambat oleh adanya pandemi Covid-19.

Belum maksimalnya pemanfaatan IA-CEPA terlihat dari nilai perdagangan kedua negara di tahun 2020 yang hanya tercatat US$ 7,1 miliar. atau sekitar Rp 101,53 triliun.  Nilai perdagangan tersebut turun 8,8%  dibandingkan tahun sebelumnya. 

Indonesia hanya membukukan ekspor sebesar US$2,51 miliar (Rp 35,89 triliun) sementara impornya mencapai US$ 4,65 miliar (Rp 66,49 triliun sehingga ada defisit sebesar US$2,14 miliar (Rp 30,60 triliun).

Namun, pada periode Januari-Juli, ekspor Indonesia mencapai US$ 1,86 miliar, atau meningkat 36,14% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

“Kendala dasar untuk sektor perdagangan kita adalah Covid-19, sudah tidak bisa disangkal bahwa pandemi adalah penghalang terbesar, maka kita berharap pandemi ini bisa kita lawan bersama dan semua kembali berjalan lancar,” kata Lutfi dalam konferensi pers virtual, Rabu (29/9).

 Selain itu, bidang perdagangan jasa dan ketenagakerjaan juga belum bisa maksimal. Hal itu dikarenakan perbatasan Australia masih tertutup dan mempengaruhi perdagangan jasa seperti transportasi dan pariwisata.

Lutfi menyebut, perjanjian IA-CEPA bukan hanya soal perdagangan, namun meliputi juga pengembangan sumber daya manusia. Adanya perjanjian IA-CEPA menjadi salah satu jembatan Indonesia menuju  negara berpenghasilan tinggi (High income country).

“Jadi ini sangat penting, dan saya sangat percaya IA-CEPA akan menjadi bagian dari pembangunan Indonesia yang akan datang. Kami di sini untuk melakukan perdagangan, menciptakan nilai dan kemakmuran,” ujarnya.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Editor: Maesaroh
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...