Anomali Harga Jagung yang Meroket Saat Produksi Melimpah

Andi M. Arief
8 April 2022, 15:29
Petani membersihkan hasil panen jagung di Desa Pattopakang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Sabtu (12/2/2022).
ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/rwa.
Petani membersihkan hasil panen jagung di Desa Pattopakang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Sabtu (12/2/2022).

Kementerian Pertanian (Kementan) belum dapat mengidentifikasi anomali harga jagung di dalam negeri. Kementan mencatat harga jual petani jagung saat ini di level Rp 4.100 per kilogram (Kg), tapi harga jagung di pasaran telah menyentuh Rp 6.000 per Kg. 

Direktur Serelia Tanaman Pangan Kementan Moh. Ismail Wahab mengatakan saat ini harga jagung di tingkat petani lebih rendah dari harga acuan di posisi Rp 4.150 per Kg. Akan tetapi, Ismail menilai harga ini sudah lebih baik dari harga jagung sebelumnya di rentang Rp 2.000 - Rp 3.000. 

Ismail mendata produksi bulanan pada Maret-April 2022 sekitar 2,5 juta ton. Sementara itu, volume konsumsi jagung di dalam negeri paling banyak 1,5 juta ton. "Yang jelas, volume produksi bulan ini dua kali dari kebutuhan. Saya tidak mengerti bagaimana (harganya bisa tinggi). Saya sempat bilang, kok produksi nutup, harga enggak nutup," kata Ismail di Jakarta, Jumat (8/4). 

Menurut Ismail, peningkatan harga umumnya terjadi karena ada pihak yang menyimpan atau mengalami lonjakan konsumsi. Namun Ismail tidak mau menduga penyebab tingginya harga saat ini lantaran bukan menjadi wewenangnya. 

Di samping itu, Ismail membantah adanya andil jagung impor dalam anomali ini. Sebagai informasi, harga komoditas dapat dipengaruhi harga internasional karena dua hal, yakni kontribusi ekspor lebih besar dari dalam negeri atau ketersediaannya masih bergantung dari impor.

"Sekarang nggak bisa lagi impor, mereka mengandalkan dari produksi dalam negeri. Mereka mau beli (jagung impor), harganya masih lebih tinggi dari kita (di dalam negeri)," kata Ismail. 

Namun, Ismail menduga naiknya harga jagung di pasar internasional memiliki andil di pasar domestik. Pasalnya, harga jagung domestik telah merangkak naik sejak awal 2021. Hal itu bertepatan dengan merangkak naiknya harga jagung di pasar ekspor. 

Seperti dilansir Reuters, impor jagung oleh Negeri Panda melonjak 152% menjadi 28,35 juta ton pada 2021. Adapun, total impor jagung ke Cina pada 2020 hanya mencapai 11,3 juta ton. 

Tingginya harga jagung di dalam negeri menyebabkan harga daging ayam dan telur ayam di pasar juga melonjak. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mendata harga ayam di Pulau Jawa dan sekitarnya per 5 April 2022 ada di rentang Rp 37.800 sampai Rp 38.000 per kilogram (Kg). Sementara itu, harga di bagian timur Indonesia ada di kisaran level Rp 47.650 per Kg. 

Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan menugaskan Perum Bulog untuk membeli jagung sebanyak 50 ribu ton. Seluruh pembelian tersebut akan disalurkan kepada peternak layer skala mikro sebagai pakan. 

Peternak tersebut akan mendapatkan harga khusus, yakni Rp 4.500 di tingkat koperasi. Hal tersebut merupakan hasil keputusan Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) pada 23 Maret 2022. 

Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga merupakan sumber protein yang penting dalam menu masyarakat di dunia. Sebagai produsen jagung, Indonesia menempati posisi ke-8 dalam daftar negara penghasil jagung terbesar di dunia dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) yang dipublikasikan Kementerian Pertanian (Kementan), rata-rata produksi jagung Indonesia pada 2014-2018 sebesar 24,27 juta ton.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...