Peternak Mandiri Rugi 3,2 Triliun Imbas Harga Ayam Anjlok
Peternak ayam mengalami kerugian hingga Rp 3,2 triliun dalam setahun. Kerugian tersebut disebabkan karena harga ayam hidup yang terus turun hingga di bawah harga pokok produksi atau HPP.
Ketua Komunitas Peternak Unggas Nasional atau KPUN, Alvino Antonio, mengungkapkan bahwa harga ayam hidup anjlok saat natal. Saat itu, harga ayam berada di angka Rp 15.000 per kilogram.
"Terutama di wilayah Jawa Tengah, yang merupakan pusat populasi ayam ras pedaging," ujarnya melalui keterangan resmi, yang dikutip pada Rabu (11/1).
Alvino menuturkan, harga ayam hidup tersebut juga berada di bawah Harga Pokok Penjualan atau HPP yang mencapai Rp 19.500 - 20.500 per kilogram. Sedangkan harga ayam potong di level konsumen harganya cenderung stabil yakni Rp 33.000 -35.000 per kilogram.
Dia mengatakan, kondisi tersebut berlangsung lama. Penurunan harga ayam di Jawa Tengah juga berdampak pada daerah lain. Contohnya harga ayam di Jawa Barat yang turun jadi Rp 17.500 per kilogram.
“Jadi ini Tsunami ayam broiler yang berdampak bagi wilayah lain, terutama ayam disuplai ke Jabodetabek. Penurunan harga dibawah HPP cukup lama” ujarnya.
Menurut Alvino, penurunan harga ayam ini diindikasikan karena masih banyak perusahaan integrator besar yang melakukan budidaya dan menjual ayam hidupnya ke pasar yang sama dengan peternak mandiri. Bahkan mereka menjual ayam hidup dengan harga yang sangat murah, bahkan di bawah Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No. 5 Tahun 2022 yakni Rp 21.000-23.000 per kilogram.
"Meskipun integrator menjual murah, namun bagi mereka kerugian cenderung sedikit karena mereka masih memiliki DOC (anak ayam) sendiri, pakan sendiri, obat-obatan sendiri bahkan channel distribusi sendiri yang tersistem bekerjasama dengan para broker. Sedangkan kami peternak rakyat, membeli sarana peternakan dan pakan dari mereka. Tentu dengan harga yang mahal. Jadi kami kalah bersaing disini," ujarnya.
Alvino mengatakan, harga DOC turun Rp 2.000 -3.000 per ekor pada awal tahun i i. Namun harga pakan masih tinggi yakni Rp 8.300-8.800 per kilogram. Padahal tahun lalu, harga pakan hanya mencapai Rp 7.500 per kilogram.
"Harga pakan cenderung naik dengan alasan harga jagung naik. Padalah harga jagung turun dibawah Rp 5.000 per kilogram, namun harga pakan tidak kunjung turun," ujarnya.
Meskipun produksi ayam berlebih, namun Indonesia bukan negara produsen pertama daging ayam di dunia. Berdasarkan laporan Foreign Agricultural Service, Amerika Serikat merupakan produsen daging ayam terbesar di dunia. Negara ini menghasilkan daging ayam sebanyak 20,25 juta metrik ton pada 2020.
Jumlah itu naik 1,55% dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 19,94 juta metrik ton. Amerika Serikat juga memiliki angka konsumsi daging ayam tertinggi sebanyak 17 juta metrik ton pada tahun lalu.