Pemerintah Dorong Investasi Lembaran Besi Berlapis Nikel Rp 15 T
Pemerintah mendorong investasi produk hilirisasi nikel, salah satunya lembaran besi tahan karat atau hot rolled (hr) stainless steel. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik pembuatan lembaran besi tahan karat yang berkapasitas 1,07 juta ton per tahun sekitar Rp 15 triliun.
Di sisi lain, pemerintah perlu mengeluarkan dana investasi sekitar Rp 8,5 triliun untuk membuat smelter pengolahan produk lanjutan hr stainless steel dengan kapasitas produksi 1,07 juta ton per tahun.
Proyek hilirisasi nikel diperkirakan bakal berkembang setelah pemerintah melarang ekspor produk bahan mentah. "Untuk nikel dan konsetratnya sudah dilarang ekspor sehingga potensi hilirasi dimulai dari feronikel dan NPI sebesar 5,8 juta ton," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VII DPR pada Selasa (14/2).
Kemenperin mencatat ekspor Feronikel dan Nickel Pig Iron atau NPI sepanjang 2022 sejumlah 5,8 juta ton. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melaporkan nilai ekspor produk hilirisasi nikel sepanjang 2022 mencapai US$ 33,81 miliar atau sekira Rp 506,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.975 per dolar AS).
Produk hilir nikel yang dimaksud yakni nickel pig iron (NPI), nickle matte, mixed hydroxide precipitate (MHP) hingga produk olahan lanjutan besi dan baja. Luhut menyebut kemajuan ekspor produk olahan nikel tak hanya berhenti pada produk setengah jadi tersebut melainkan juga meluas ke produk lanjutan seperti besi dan baja.
"Tidak hanya mengandalkan komoditas hilir nikel, tapi di samping itu tadi ada besi dan baja," kata Luhut saat menjadi pembicara di agenda Saratoga Invesment Summit 2023 pada Kamis (26/1).
Dalam paparannya, besaran ekspor produk hilir nikel tahun 2022 lebih tinggi 52,22% dari tahun sebelumnya senilai US$ 22,21 miliar. Adapun nilai ekspor produk olahan nikel terbesar disumbang oleh komoditas besi dan baja dengan jumlah US$ 14,34 miliar.
Berikutnya NPI senilai US$ 13,50 miliar, nickle matte US$ 3,76 miliar dan MHP US$ 2,19 miliar. "Dari situ sudah terlihat angkanya, bisa banyak lagi kalau kita mau masuk pada turunannya sampai pada lithium baterai," ujar Luhut.
Produk hilir nikel berupa NPI, dan nickel matte merupakan hasil olahan bijih nikel saprolite kadar tinggi 1,5% hingga 3% yang dimurnikan di smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).
Komoditas besi dan baja anti karat merupakan hasil produk lanjutan dari NPI dan nickel matte. Sementara MHP merupakan hasil pemurnian bijih nikel limonite kadar rendah 0,8%-1,5% yang diolah di smelter sistem High Pressure Acid Leaching (HPAL).