Tiga Penyebab Pemerintah Kembali Impor Beras 2 Juta Ton Tahun Ini

Nadya Zahira
28 Maret 2023, 08:05
Sejumlah buruh tani merontokkan padi dengan mesin saat panen di Desa Binangga, Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (12/3/2023).
ANTARA FOTO/Basri Marzuki/rwa.
Sejumlah buruh tani merontokkan padi dengan mesin saat panen di Desa Binangga, Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (12/3/2023).

Pemerintah bakal kembali impor beras sebanyak 2 juta ton pada tahun ini untuk memenuhi stok cadangan beras pemerintah atau CBP. Terdapat tiga alasan impor beras tersebut harus kembali dilakukan setelah Indonesia sempat swasembada beras selama tiga tahun berturut-turut.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, saat ini izin impor beras tersebut masih dalam proses. Namun demikian, pihaknya sudah melakukan perencanaan asal negara impor beras yaitu India, Pakistan, Myanmar, Vietnam, dan Thailand. 

"Kalau negara importasi yang saya tahu itu ada India, ada Pakistan, Myanmar, lalu ada Vietnam, dan Thailand. Ini dari beberapa negara, karena beras yang akan diimpor sebanyak 2 juta ton pada tahun ini bukan angka yang mudah untuk dipenuhi oleh satu negara," ujar Arief, Senin (28/3).

Berikut tiga penyebab pemerintah kembali impor beras:

1. Memenuhi Stok CBP Bulog

Arief mengatakan, alasan pemerintah kembali melakukan impor beras karena untuk memenuhi stok CBP. Apalagi pada tahun ini terdapat program bansos beras untuk 21,353 juta masyarakat berpendapatan rendah. Di mana masing-masing per penerima manfaat mendapatkan 10 kilogram beras dari Maret-Mei 2023. 

"Jadi banyak kegiatan pemerintah yang harus dikerjakan seperti bansos pangan. Impor beras ini tidak ada kaitannya dengan kinerja pemerintah yang lain. Jadi Bapanas mengutamakan ketersedian," ujarnya. 

Namun demikian, Arief menegaskan pihaknya tetap meminta Perum Bulog untuk mengoptimalkan penyerapan hasil produksi dalam negeri, terutama selama masa Panen Raya Maret-Mei 2023. Artinya, beras dalam negeri harus tetap diprioritaskan.

2. Surplus Beras Terus Turun

Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia atau Perpadi, Sutarto Alimoeso, mengatakan salah satu penyebab pemerintah perlu impor beras karena surplus beras di Indonesia terus menurun. Dia mengatakan, surplus beras tahun lalu mencapai 1,3 juta ton. Surplus itu turun dari 2021 yang mencapai 1,4 juta ton.

Dia mengatakan, surplus beras di tingkat petani pada tahun lalu hanya mencapai tiga bulan. Sementara sembilan bulan lainnya mengalami defisit. Hal itu juga kemungkinan kembali terjadi pada tahun ini jika merunut perkiraan Badan Pusat Statistik atau BPS.

"Kemudian kalau kita melihat angka BPS tahun ini dari Januari-April ternyata memang kita surplus nya tiga bulan, tetapi surplusnya itu lebih kecil bila dibanding dengan tahun lalu pada bulan yang sama," ujarnya.

Sutarto mengatakan, surplus beras Januari-April 2022 kurang lebih sebanyak 3,6 juta ton. Sedangkan untuk surplus beras Januari-April 2023 diperkirakan hanya sebanyak 3,22 juta ton.

"Jadi jelas ada penurunan yang jauh dari surplus tahun lalu dan tahun ini," kata dia.

3. Serapan Panen Raya Anjlok

Sutarto mengatakan, penyerapan panen raya padi di Aceh dan sejumlah provinsi lainnya saat ini hanya kurang dari 50% dari kondisi normal.

"Padahal penggilingan padi itu misalnya normalnya 2000 ton, sekarang masuknya baru di bawah 1000 ton, yang masuk ke penggilingan padi," ujarnya.

Kondisi itu mempengaruhi pasokan ke Pasar Beras Induk Cipinang atau PBIC. Saat ini, beras yang masuk ke PBIC kurang dari 20 ribu ton. Padahal biasanya beras yang masuk ke PBIC sekitar 30 ribu ton.

"Jadi hal-hal seperti itu yang mungkin akan kami pertimbangan untuk dilakukannya impor oleh pemerintah," kata dia.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, tugasnya adalah untuk mendukung apapun yang diputuskan dan diperintahkan. Dengan demikian, dia mendukung adanya impor beras pada tahun ini jika memang sudah diputuskan oleh Presiden Joko Widodo.

"Jadi kalau sudah rapat dan diputuskan, lalu sudah diperintahkan, ya kita kerjakan.  Sudah diputuskan di juga impor tersebut di ratas (rapat terbatas)," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Senin (27/3).

United States Department of Agriculture (USDA) memproyeksikan produksi beras global mencapai 503,27 juta metrik ton (MT) pada musim 2022/2023, turun 11,78 juta MT (2,29%) dari musim 2021/2022. 

Pada musim ini Tiongkok menjadi negara penghasil beras terbesar, yaitu 147 juta MT. Wilayah penghasil beras utama Tiongkok adalah Hunan (13%), Jiangxi (10%), Juangsu (9%), Anhui (8%), dan Hubei (8%). Adapun Indonesia menjadi produsen beras terbesar keempat di dunia, sekaligus nomor satu di Asia Tenggara dengan estimasi produksi 34,6 juta MT pada musim 2022/2023.

Reporter: Nadya Zahira

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...