Pabrik Pupuk Kaltim di Papua Rampung 2027, Bakal Serap Investasi Jumbo
PT Pupuk Kaltim (Persero) akan membangun pabrik Urea baru di Fakfak Papua Barat. Pembangunan pabrik baru tersebut diperkirakan menelan investasi jumbo.
Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi mengatakan dirinya masih melakukan kordinasi dengan sejumlah pihak untuk pembangunan pabrik tersebut. Namun demikian, dia memperkirakan investasinya bisa mencapai puluhan triliun rupiah.
"Investasinya puluhan triliun Rupiah, lebih dari US$ miliar," kata Rahmad saat konferensi pers di Jakarta, Kamis malam (30/3).
Rahmad mengatakan, pabrik tersebut merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional. Pabrik tersebut akan memiliki kapasitas 1,15 juta ton urea dan 825.000 ton amoniak.
Jika nanti telah beroperasi, pabrik tersebut akan membuat Pupuk Kaltim yang tadinya ada di posisi ke-6 di Asia Pasifik, akan bisa menduduki posisi keempat. Pembangunan pabrik ini juga akan memenuhi tren peningkatan kebutuhan pupuk khususnya di Indonesia timur.
Target Pembangunan
Direktur Operasi dan Produksi Pupuk Kaltim, Hanggara Patrianta, menjelaskan garis waktu pembangunan pabrik Pupuk Kaltim. Pada Mei 2023, pihaknya akan mulai melakukan pelapasan kawasan hutan.
Sementara persiapan lahan ditargetkan mulai Agustus 2023. Di sisi lain, Pupuk Kaltim akan melakukan pemilihan kontraktor Juli 2024.
Pupuk Kaltim juga akan melakukan pengembangan bisnis di sektor hilirisasi petrokimia dan energi terbarukan. Hilirisasi tersebut mencakup pengembangan produksi amonium nitrat yang diperkirakan dapat memenuhi sekitar 0,8 persen dari permintaan global serta produksi soda ash yang ditargetkan dapat menjadi substitusi impor hingga 30 persen dari kebutuhan nasional.
Untuk menghadapi kemungkinan pertumbuhan pasar ke depannya, Pupuk Kaltim juga turut mempertimbangkan aspek pengembangan skala produksi dengan penerapan prinsip geographical excellence dalam pembangunan kompleks pabrik baru di Papua Barat.
Genjot Produksi
Pada 2023, Rahmad mengatakan, Pupuk Kaltim bertekad menggenjot produksinya untuk mencapai target 2,768 juta ton amoniak, 3,399 juta ton urea, dan 250 ribu ton NPK. Jumlah produksi tersebut bertujuan memenuhi sebesar kurang lebih 3,4 juta ton atau sekitar 63 persen dari kebutuhan pupuk urea nasional.
"Rencana PKT untuk tahun ini berbasis pada prinsip growth strategy yang terdiri dari atas aspek operational and supply chain excellence, diversification excellence, dan geographical expansion excellence," kata Rahmad
Inti dari penerapan growth strategy tersebut adalah penurunan biaya produksi dan pada saat yang bersamaan mampu meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi dan mendistribusikannya dengan cermat. Proses ini didukung digitalisasi lini produksi dan penerapan
tata kelola perusahaan yang baik.
Dengan bekal sistem tersebut, Pupuk Kaltim menyasar untuk memenuhi sekitar 6 persen dari pangsa pasar urea, sekitar 20 persen untuk amoniak, dan sekitar 2 persen untuk NPK di kawasan Asia Tenggara pada 2030.
Menurut data Bank Dunia, pada akhir Februari 2023 patokan harga pupuk di pasar global turun mencapai USD 357,5 per ton atau sekitar Rp 5,5 juta per ton (kurs Rp 15.391 per USD). Harga tersebut lebih murah 19% dibanding Januari 2023 (month-on-month/mom), serta terkontraksi 51% dibanding Februari 2022 (year-on-year/yoy).
Tapi, biarpun tren harganya konsisten menurun sejak Oktober 2022, harga pupuk urea global saat ini masih lebih mahal ketimbang masa awal pandemi seperti terlihat pada grafik.