Mengapa Indonesia Butuh Kuota Impor Beras 1 Juta Ton dari Cina?
Pemerintah mengantongi kesepakatan dengan Cina yang menjamin kuota impor sebanyak 1 juta ton. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan, jaminan kuota impor tersebut penting agar masyarakat tidak khawatir terkait ketersediaan beras di dalam negeri.
"Presiden langsung ambil keputusan untuk impor, tetapi itu tidak mempengaruhi harga dari petani," kata Buwas di kantornya, Rabu (18/10).
Penandatanganan nota kesepahaman tersebut dilakukan dalam kunjungan Presiden Joko Widodo ke Cina saat menghadiri Belt and Road Forum for International Cooperation.
Ia menjelaskan, Bulog saat ini sudah tidak bisa menyerap gabah hasil petani lokal. Ia menemukan harga Gabah Kering Petani di pasar domestik telah mencapai Rp 7.800 per kilogram (kg).
Badan Pangan Nasional mengatur harga pembelian atas atau ceiling price gabah kering panen atau GKP tingkat petani Rp 4.550 per kilogram (kg), GKP tingkat penggilingan Rp 4.650 per kg, gabah kering iling atau GKG tingkat penggilingan Rp 5.700 per kg, dan beras medium di Gudang Perum Bulog Rp 9.000 per kg.
Sementara itu, harga batas bawah atau floor price pembelian gabah atau beras mengacu kepada HPP yang diatur Permendag No.24 Tahun 2020. Harga tersebut yaitu GKP tingkat petani sebesar Rp 4.200 per kg, GKP Tingkat Penggilingan yang mencapai Rp 4.250 per kg, GKG tingkat penggilingan sebesar Rp 5.250 per kg, dan beras medium di gudang Perum Bulog mencapai Rp 8.300 per kg.
Buwas mengatakan, Bulog dapat mendorong kenaikan harga beras lebih jauh jika tetap menyerap beras di petani lokal lantaran dapat mengurangi ketersediaan di pasar.
"Maka dari itu, kami membiarkan harga beras diatur mekanisme pasar. Sekarang ini adalah bagaimana kami menyiapkan cadangan yang mencukupi," ujarnya.
Buwas menjelaskan, pasokan beras Bulog kini mencapai 1,7 juta ton. Angka tersebut diperkirakan tidak akan berubah pada November walau telah ada beras impor sejumlah 300.000 ton bulan depan.
Namun, stok beras Bulog pada akhir tahun hanya akan mencapai 800.000 ton jika tidak ada tambahan dari impor. Ini karena diperlukan beras untuk penyaluran bantuan pangan dan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan sekitar 900.000 ton.
Buwas memperkirakan, pasokan beras dari dalam negeri belum akan meningkat pada kuartal pertama 2024. Apalagi, menurut dia, ada dua hajatan besar pada Februari-Maret 2024, yakni Pemilu dan Ramadan yang dapat meningkatkan konsumsi.
Oleh karena itu, menurut dia, pihaknya akan merealisasikan impor beras dari beberapa negara. Adapun kuota impor beras dari Cina kemungkinan baru akan direalisasikan pada tahun depan karena keterbatasan kapasitas pelabuhan.
"Beras impor dari Cina enggak bisa masuk tahun ini. Bukan karena enggak mampu beli, tapi pelabuhan kita tidak bisa bongkar segitu banyak," ujarnya.